The Ten Reasons
Here, "The Ten Reasons" that people refused to joint CNI (in Bahasa Indonesia).
Sepuluh Alasan Klasik Orang Enggan Bergabung dengan CNI:
Sumber: Home Sharing Pasar Minggu (24/3)
1. Saya tidak punya modal. Padahal, modal untuk bergabung di CNI sangat kecil, Rp 82.500. Ini pun "dikembalikan" dalam bentuk buku Starter Kit. Berbeda dengan "usaha di luaran sana" (usaha konvensional) yang umumnya membutuhkan modal besar. Meski modal kecil, yang penting semangatnya yang besar. Kalau tidak ada modal awal sama sekali untuk beli produk, bisa pinjam dari upline-nya barang satu pak kopi ginseng, untuk "diputar" agar menghasilkan keuntungan. Upline saya bilang, kalau dompet "tipis", mukanya yang "dipertebal". Jadi, jangan malu-malu berjualan. Toh bukan sebuah kejahatan. Yang penting halal.
2. Saya tidak punya waktu. Padahal, semua orang sama, diberi jatah waktu masing-masing 24 jam. Masalahnya, kita sering diatur waktu, bukan kita yang mengatur waktu. Seandainya kita tidak bergabung dengan CNI, waktu luang pun paling dihabiskan untuk nonton TV atau nongkrong-nongkrong nggak jelas. Mending dimanfaatkan untuk menjalankan usaha mandiri ini. Sambil berangkat kerja/sekolah/kuliah, sambil menjajakan produk. Ada usaha, pasti ada jalan.
3. Saya tidak berbakat. Padahal, usaha ini tak memerlukan bakat khusus, melainkan kemauan yang kuat. Orang Sunda bilang, bakatnya bakat ku butuh! :).
4. Saya tidak bisa ngomong. Pepatah mengatakan, alah bisa karena biasa. Demikian pula dengan Distributor CNI. Lewat home sharing dan pelatihan-pelatihan, Insya Allah kita semua bisa jadi pembicara andal.
5. Saya tidak punya relasi atau teman. Padahal, jika kita mau bergaul, niscaya akan banyak teman. Kalau hanya punya seorang teman di lingkungan baru, bisa minta dikenalkan dengan temannya teman. Dan seterusnya. Namun kenyataannya, teman belum tentu mendukung usaha ini. Tapi sebaliknya, orang lain yang tidak kita kenal sebelumnya, bisa menjadi mitra usaha yang luar biasa.
6. Produknya mahal-mahal. Soal mahal itu relatif. Kenapa? Sebab di CNI ini yang dijual itu bukan sekadar produk, melainkan juga manfaatnya. Kalau produknya bermutu tinggi dan manfaatnya banyak, kenapa tidak? CNI memiliki 360 produk, mulai dari yang harganya ratusan rupiah hingga jutaan rupiah. Mau pilih yang mana?
7. CNI Bisnis Yahudi. Soal "CNI bisnis Yahudi" ini dibantah oleh seorang mitra, Habib Safari Alatas, yang sekarang menduduki posisi Agency Manager CNI. Menurut beliau, bisnis ini bukanlah bisnis Yahudi, melainkan bisnis kita sendiri, dengan produk-produk bersertifikasi halal dari MUI (untuk barang konsumsi). Soal multilevel (berjenjang), itu hanyalah metode penjualan.
8. Hanya menguntungkan yang mengajak (upline). Padahal, barangsiapa yang melakukan bisnis ini dengan sungguh-sungguh, dialah yang mendapat kesuksesan terlebih dulu. Terbukti, di antara mitra CNI, prestasi upline bisa disalip downline-nya (banyak contohnya). Pada prinsipnya, di CNI ini, kesuksesan kita di atas kesuksesan orang lain. Berbeda dengan di luaran sana, kesuksesan kita, bisa jadi hasil "menjegal/menyikut" orang lain.
9. Merasa gengsi, karena ini bisnis "kacangan". Padahal, kalau kita tahu, di balik bisnis kopi ginseng --yang sekilas tampak sebagai bisnis "ecek-ecek"-- ada peluang bisnis yang luar biasa. Lagipula, kita berjualan sifatnya sementara, sampai kita punya cukup modal untuk belanja sendiri sampai batas 200 poin per bulan atau lebih (sesuai Rencana Pengembangan Usaha/RPU). Membawa produk CNI, sama sekali tak menurunkan gengsi. Malah sebaliknya, membanggakan, karena produknya produk bermutu. Contoh, Top Leader HM Ikhwan, yang kini menduduki posisi terpuncak, Crown Agency Manager, dulu berani menjajakan bedak, meski teman-teman sekantornya sering meledeknya "seperti anak perawan aja lo, Wan!"
10. Saya takut gagal. Padahal, kegagalan itu bukan di CNI, tapi di luaran sana. Di CNI ini sebenarnya nggak ada istilah gagal, melainkan belum sampai sukses tapi sudah berhenti. Justru jatuh-bangunnya kita di bisnis mandiri ini membuat Distributor tambah semangat untuk maju. Jangan khawatir, leader, upline atau para mitra Anda siap membantu jika Anda menemukan kesulitan dalam usaha ini. Hambatan/rintangan adalah motivator bagi kemajuan.
Sepuluh Alasan Klasik Orang Enggan Bergabung dengan CNI:
Sumber: Home Sharing Pasar Minggu (24/3)
1. Saya tidak punya modal. Padahal, modal untuk bergabung di CNI sangat kecil, Rp 82.500. Ini pun "dikembalikan" dalam bentuk buku Starter Kit. Berbeda dengan "usaha di luaran sana" (usaha konvensional) yang umumnya membutuhkan modal besar. Meski modal kecil, yang penting semangatnya yang besar. Kalau tidak ada modal awal sama sekali untuk beli produk, bisa pinjam dari upline-nya barang satu pak kopi ginseng, untuk "diputar" agar menghasilkan keuntungan. Upline saya bilang, kalau dompet "tipis", mukanya yang "dipertebal". Jadi, jangan malu-malu berjualan. Toh bukan sebuah kejahatan. Yang penting halal.
2. Saya tidak punya waktu. Padahal, semua orang sama, diberi jatah waktu masing-masing 24 jam. Masalahnya, kita sering diatur waktu, bukan kita yang mengatur waktu. Seandainya kita tidak bergabung dengan CNI, waktu luang pun paling dihabiskan untuk nonton TV atau nongkrong-nongkrong nggak jelas. Mending dimanfaatkan untuk menjalankan usaha mandiri ini. Sambil berangkat kerja/sekolah/kuliah, sambil menjajakan produk. Ada usaha, pasti ada jalan.
3. Saya tidak berbakat. Padahal, usaha ini tak memerlukan bakat khusus, melainkan kemauan yang kuat. Orang Sunda bilang, bakatnya bakat ku butuh! :).
4. Saya tidak bisa ngomong. Pepatah mengatakan, alah bisa karena biasa. Demikian pula dengan Distributor CNI. Lewat home sharing dan pelatihan-pelatihan, Insya Allah kita semua bisa jadi pembicara andal.
5. Saya tidak punya relasi atau teman. Padahal, jika kita mau bergaul, niscaya akan banyak teman. Kalau hanya punya seorang teman di lingkungan baru, bisa minta dikenalkan dengan temannya teman. Dan seterusnya. Namun kenyataannya, teman belum tentu mendukung usaha ini. Tapi sebaliknya, orang lain yang tidak kita kenal sebelumnya, bisa menjadi mitra usaha yang luar biasa.
6. Produknya mahal-mahal. Soal mahal itu relatif. Kenapa? Sebab di CNI ini yang dijual itu bukan sekadar produk, melainkan juga manfaatnya. Kalau produknya bermutu tinggi dan manfaatnya banyak, kenapa tidak? CNI memiliki 360 produk, mulai dari yang harganya ratusan rupiah hingga jutaan rupiah. Mau pilih yang mana?
7. CNI Bisnis Yahudi. Soal "CNI bisnis Yahudi" ini dibantah oleh seorang mitra, Habib Safari Alatas, yang sekarang menduduki posisi Agency Manager CNI. Menurut beliau, bisnis ini bukanlah bisnis Yahudi, melainkan bisnis kita sendiri, dengan produk-produk bersertifikasi halal dari MUI (untuk barang konsumsi). Soal multilevel (berjenjang), itu hanyalah metode penjualan.
8. Hanya menguntungkan yang mengajak (upline). Padahal, barangsiapa yang melakukan bisnis ini dengan sungguh-sungguh, dialah yang mendapat kesuksesan terlebih dulu. Terbukti, di antara mitra CNI, prestasi upline bisa disalip downline-nya (banyak contohnya). Pada prinsipnya, di CNI ini, kesuksesan kita di atas kesuksesan orang lain. Berbeda dengan di luaran sana, kesuksesan kita, bisa jadi hasil "menjegal/menyikut" orang lain.
9. Merasa gengsi, karena ini bisnis "kacangan". Padahal, kalau kita tahu, di balik bisnis kopi ginseng --yang sekilas tampak sebagai bisnis "ecek-ecek"-- ada peluang bisnis yang luar biasa. Lagipula, kita berjualan sifatnya sementara, sampai kita punya cukup modal untuk belanja sendiri sampai batas 200 poin per bulan atau lebih (sesuai Rencana Pengembangan Usaha/RPU). Membawa produk CNI, sama sekali tak menurunkan gengsi. Malah sebaliknya, membanggakan, karena produknya produk bermutu. Contoh, Top Leader HM Ikhwan, yang kini menduduki posisi terpuncak, Crown Agency Manager, dulu berani menjajakan bedak, meski teman-teman sekantornya sering meledeknya "seperti anak perawan aja lo, Wan!"
10. Saya takut gagal. Padahal, kegagalan itu bukan di CNI, tapi di luaran sana. Di CNI ini sebenarnya nggak ada istilah gagal, melainkan belum sampai sukses tapi sudah berhenti. Justru jatuh-bangunnya kita di bisnis mandiri ini membuat Distributor tambah semangat untuk maju. Jangan khawatir, leader, upline atau para mitra Anda siap membantu jika Anda menemukan kesulitan dalam usaha ini. Hambatan/rintangan adalah motivator bagi kemajuan.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home