Nguras Sumur
Mendengar kata "menguras sumur" (gali/terbuka), beberapa teman di FB menyangka, aku harus turun ke dalam sumur. Padahal dalamnya ada sekitar 10 meter. Kalau dilihat dari atas (permukaan tanah), permukaan airnya saja tampak dalam sekali. Males kalau harus turun.
Tidak! Sama sekali aku tidak harus turun ke dalam sumur. Aku tinggal menyiapkan ember plastik ukuran sedang plus tambang plastik sepanjang 10-an meter.
Oya, sumur itu aku kuras karena kemarin sore airnya mendadak bau. Baunya seperti bangkai tikus. Sampai aku mencari-cari di sudut-sudut kamar mandi, tak ditemukan satu bangkai pun. Juga bak penampungan air di atas tower (toren), aman. Nggak ada benda yang mencurigakan.
Nah, kami pun curiga di dalam sumur "ada apa-apanya." Maka, tadi siang seusai mengantar Fay sekolah, aku pulang lagi untuk menguras sumur.
Yang berat itu, menggeser tutup betonnya yang berdiameter 1,2 meter. Apalagi tutup beton itu terjepit dinding fiber dari dapur darurat kami.
Setelah tutup beton terbuka tampak samar-samar permukaan airnya, di dalam sumur yang gelap. Maklum, separuh dari sumur itu berada dalam dapur. Aku menguras di bagian dapur, biar mudah membuang airnya ke saluran cucian piring.
Kedua terberat, mengangkati air dengan ember plus pemberat satu gembok besar. Untung istriku turut membantu, memudahkan pekerjaan berat ini. Mungkin ada puluhan ember air yang sudah dikuras, tapi sumur tak kunjung kering. Itu pun dibantu dengan pompa listrik.
Ternyata tak ada apa pun yang bisa membuat air berbau sedemikian rupa. Yang ada hanya benda-benda kecil yang mengambang, seperti potongan plastik ember dan potongan kayu yang kecil-kecil.
Akhirnya, pekerjaan menguras air yang tampak bening ini kami hentikan, karena alarm sudah berbunyi di jam 13.45. Itu tandanya aku harus menjemput Fay dari sekolahnya.
Meski tak sampai dikuras tandas, ternyata air sumur itu ada perbaikan; tak lagi berbau. Memang, semalam aku sempat memasukkan beberapa tablet kaporit ke dalam sumur dan ke dalam toren. Jadinya, bau air sumur kami seperti bau air PDAM.
Gambar sumur: sekadar ilustrasi (istockphoto.com)
Tidak! Sama sekali aku tidak harus turun ke dalam sumur. Aku tinggal menyiapkan ember plastik ukuran sedang plus tambang plastik sepanjang 10-an meter.
Oya, sumur itu aku kuras karena kemarin sore airnya mendadak bau. Baunya seperti bangkai tikus. Sampai aku mencari-cari di sudut-sudut kamar mandi, tak ditemukan satu bangkai pun. Juga bak penampungan air di atas tower (toren), aman. Nggak ada benda yang mencurigakan.
Nah, kami pun curiga di dalam sumur "ada apa-apanya." Maka, tadi siang seusai mengantar Fay sekolah, aku pulang lagi untuk menguras sumur.
Yang berat itu, menggeser tutup betonnya yang berdiameter 1,2 meter. Apalagi tutup beton itu terjepit dinding fiber dari dapur darurat kami.
Setelah tutup beton terbuka tampak samar-samar permukaan airnya, di dalam sumur yang gelap. Maklum, separuh dari sumur itu berada dalam dapur. Aku menguras di bagian dapur, biar mudah membuang airnya ke saluran cucian piring.
Kedua terberat, mengangkati air dengan ember plus pemberat satu gembok besar. Untung istriku turut membantu, memudahkan pekerjaan berat ini. Mungkin ada puluhan ember air yang sudah dikuras, tapi sumur tak kunjung kering. Itu pun dibantu dengan pompa listrik.
Ternyata tak ada apa pun yang bisa membuat air berbau sedemikian rupa. Yang ada hanya benda-benda kecil yang mengambang, seperti potongan plastik ember dan potongan kayu yang kecil-kecil.
Akhirnya, pekerjaan menguras air yang tampak bening ini kami hentikan, karena alarm sudah berbunyi di jam 13.45. Itu tandanya aku harus menjemput Fay dari sekolahnya.
Meski tak sampai dikuras tandas, ternyata air sumur itu ada perbaikan; tak lagi berbau. Memang, semalam aku sempat memasukkan beberapa tablet kaporit ke dalam sumur dan ke dalam toren. Jadinya, bau air sumur kami seperti bau air PDAM.
Gambar sumur: sekadar ilustrasi (istockphoto.com)
Labels: kuras, pengalaman, sumur
2 Comments:
Tenpat Saudara saya juga mengalami hal serupa, pernah dikuras arinya pakai disel dan akhirnya dikasih tawas tidak berbau eh selang seminggu bau lagi.. kenapa ya kira kira ? bikin puisng aja tuh
bagus benget info nya sangat menambah wawasan
Post a Comment
<< Home