Beri Solusi, Bukan Nuntut Solusi
Kenaikan harga BBM atau pencabutan sebagian subsidi BBM bersubsidi (premium dan solar) mengejutkan banyak pihak, karena berdampak panjang terhadap perekonomian masyarakat.
Reaksinya beragam. Ada yang (pura-pura) tenang-tenang saja, ada yang protes biasa saja, hingga protes yang cukup ekstrim, seperti dilakukan para mahasiswa di Makassar ini:
Tapi aku lebih respek pada yang kreatif dalam mencari solusi dari makin mahalnya BBM ini, ketimbang yang menuntut solusi dari pihak lainnya, apalagi memaksakan kehendak.
Salah satu perbuatan kreatif yang aku acungi jempol adalah upaya yang dilakukan pengusaha angkot di Cibinong Kabupaten Bogor.
Bowo, 42 tahun, seorang sopir merangkap pemilik angkot, tenang-tenang saja menyikapi kenaikan harga BBM -yang di tempat lain memicu aksi pemogokan massal.
Seperti dituturkannya pada Detikcom, sejak dua bulan
lalu, dia sudah mengganti bahan bakar angkotnya dengan bahan bakar
gas (BBG).
Bukan itu saja. Bowo berani berinvestasi untuk pemasangan konverter seharga Rp 3 juta.
Setelah memakai BBG, ongkos operasional (bahan bakar) lebih hemat. Misalnya untuk menempuh rute 1 rit Cibinong-Gandaria, dia mengeluarkan uang Rp 18 ribu untuk BBM (bensin). Tapi dengan BBG, dia hanya mengeluarkan dana separuhnya, Rp 9 ribu.
Selain berkorban mengeluarkan modal Rp 3 juta, dia juga rela mengisi BBG-nya ke SPBG Rawamangun, Jakarta Timur. Tempat yang terbilang jauh dari Cibinong.
Tapi dia hanya dua hari sekali mengisi gas. Angkotnya dia rancang bisa menggunakan BBG, sekaligus BBM seperti biasa.
Bila gas habis, bisa beralih sementara ke BBM subsidi, hingga tiba di lokasi pengisian BBG.
Tabung gas dia pasang di bagian bawah kanan mobil, dekat tangki BBM. Tombol pengisian gas ada di dashboard. Bila gas penuh, lampu hijau menyala, dan bila sudah akan habis, lampu berwarna merah.
Nah, selain langkah kreatif Pak Bowo seperti diceritakan di atas, kita juga bisa melakukan beberapa tindakan hemat BBM. Seperti melakukan konversi BBM ke BBG untuk mobil pribadi, membatasi penggunaan kendaraan bermotor (bila perlu saja), mempersering penggunaan sepeda atau berjalan kaki, atau membiasakan diri naik angkutan massal, seperti KRL atau Bus TransJakarta. :)
Sumber info dan foto: detikcom, tribunnews.com, beritadaerah.co.id
Reaksinya beragam. Ada yang (pura-pura) tenang-tenang saja, ada yang protes biasa saja, hingga protes yang cukup ekstrim, seperti dilakukan para mahasiswa di Makassar ini:
Tapi aku lebih respek pada yang kreatif dalam mencari solusi dari makin mahalnya BBM ini, ketimbang yang menuntut solusi dari pihak lainnya, apalagi memaksakan kehendak.
Salah satu perbuatan kreatif yang aku acungi jempol adalah upaya yang dilakukan pengusaha angkot di Cibinong Kabupaten Bogor.
Bowo, 42 tahun, seorang sopir merangkap pemilik angkot, tenang-tenang saja menyikapi kenaikan harga BBM -yang di tempat lain memicu aksi pemogokan massal.
Bukan itu saja. Bowo berani berinvestasi untuk pemasangan konverter seharga Rp 3 juta.
Setelah memakai BBG, ongkos operasional (bahan bakar) lebih hemat. Misalnya untuk menempuh rute 1 rit Cibinong-Gandaria, dia mengeluarkan uang Rp 18 ribu untuk BBM (bensin). Tapi dengan BBG, dia hanya mengeluarkan dana separuhnya, Rp 9 ribu.
Selain berkorban mengeluarkan modal Rp 3 juta, dia juga rela mengisi BBG-nya ke SPBG Rawamangun, Jakarta Timur. Tempat yang terbilang jauh dari Cibinong.
Tapi dia hanya dua hari sekali mengisi gas. Angkotnya dia rancang bisa menggunakan BBG, sekaligus BBM seperti biasa.
Bila gas habis, bisa beralih sementara ke BBM subsidi, hingga tiba di lokasi pengisian BBG.
Tabung gas dia pasang di bagian bawah kanan mobil, dekat tangki BBM. Tombol pengisian gas ada di dashboard. Bila gas penuh, lampu hijau menyala, dan bila sudah akan habis, lampu berwarna merah.
Nah, selain langkah kreatif Pak Bowo seperti diceritakan di atas, kita juga bisa melakukan beberapa tindakan hemat BBM. Seperti melakukan konversi BBM ke BBG untuk mobil pribadi, membatasi penggunaan kendaraan bermotor (bila perlu saja), mempersering penggunaan sepeda atau berjalan kaki, atau membiasakan diri naik angkutan massal, seperti KRL atau Bus TransJakarta. :)
Sumber info dan foto: detikcom, tribunnews.com, beritadaerah.co.id
0 Comments:
Post a Comment
<< Home