Kaya dan Berkah 2
Sumber: MQ Biz
Pada postingan terdahulu, Aa Gym menyebutkan bahwa Islam menganjurkan ummatnya menjadi orang kaya yang baik dan dermawan yang diberkahi Allah.
Menurut Aa, ketenagakerjaan sekarang jika dibuat peringkat, akan menjadi sebagai-berikut:
1. Owner. Pemilik perusahaan, pengasilan tertinggi, rata rata.
2. Investor. Pemegang saham peringkat nomor dua.
3. Self employment, seperti bertukang. Peringkat ketiga.
4. Employement/pegawai/pekerja. Peringkat terbawah.
Dari gambaran peringkat di atas, pengasilan pegawai rata rata di dunia adalah peringkat terendah. Umat Islam kebanyakan adalah pegawai. Sedikit sekali yang menjadi pengusaha besar. Jadi, kalau umat Islam melakukan sebagaimana Rasulullah SAW contohkan atau nasihatkan, maka hendaklah anak-anak diajarkan untuk menjadi pengusaha, pedagang, atau produsen, seperti teman-teman kita orang Cina dan Jepang.
Abuya Ashaari at Tamimi adalah seorang pelopor atau reformer sejati di zaman ini. Beliau bukan saja ahli agama, tetapi juga seorang saudagar atau pengusaha bermacam macam jenis usaha, mulai dari restoran, pabrik, tranportasi, garmen dll. Beliau boleh dijadikan contoh bagi umat Islam di di akhir zaman ini.
Menurut Abuya, 1. Kepada orang yang benar-benar beriman dan bertaqwa, Allah akan berikan pertolongan, rezeki dari sumber yang tidak diduga-duga. 2. Allah penolong bagi orang bertaqwa. Artinya, rezeki (uang) adalah buah dari orang yang bertaqwa. Jadi orang bertaqwa rezekinya banyak dan sumbernya pun banyak. Dengan kata lain, kalau umat Islam jatuh miskin pada zaman ini (padahal dulu Islam berjaya), karena umat Islam belum menjadi orang bertaqwa, atau belum menjadi orang mukmin (beriman). Yang banyak sekarang ini adalah umat "Islam KTP" dan Islam taqlik. Sedangkan orang yang bertaqwa sedikit sekali. Makanya, meski banyak beribadah ritual, ibadahnya belum berbekas. Karena umumnya umat Islam, kalau shalat tidak mengerti apa yang dibacanya atau tidak mengerti hikmah dari shalat itu.
Hikmah dari shalat adalah: jujur, berkasih sayang, tolerensi, bersih, disiplin, rajin, takut sama Allah, suka menolong, berbicara sopan santun, dan banyak lagi. Sesungguhnya orang yang rajin bershalat secara benar, maka hidupnya atau karya-karyanya sangat berguna untuk orang banyak. Karena Rasulullah mengatakan bahwa "Manusia yang mulia di sisi Allah adalah manusia yang hidupnya berfaedah bagi orang banyak atau karya-karyanya bermanfaat".
Jadi, untuk dapat menjadi orang kaya yang berakah sebagaimana Abuya Ashaari at Tamimi;
1. Ajarkan anak shalat yang benar, takutlah kepada Allah.
2. Ajarkan pentingnya uang dan menghargai waktu.
3. Arahkan cita-citanya untuk menjadi pengusaha, produsen atau berdagang.
4. Walaupun sementara mejadi pegawai, tapi pada akhirnya menjadi pengusaha.
5. Tanamkan bahwa rezeki atau uang adalah buah dari taqwa. Uang sangat penting untuk beramal saleh, membangun, dan mempertahan agama dari musuh-musuh. Selain itu, juga menjaga image (citra) Islam yang sukses dunia dan akhirat.
6. Dari kecil ajarkan anak-anak mandiri dan memiliki sense of business (naluri berbisnis). Kalau ia mendapat angka yang baik, berilah ia hadiah. Kalau mau uang jajan, suruhlah bekerja membantu ibu atau ayah di rumah. Jangan manjakan anak-anak dengan uang.
Tips:
Time is money bagi orang-orang Barat.
Uang adalah tuhan bagi sebagian orang Cina.
Uang adalah alat pengabdian bagi orang Jepang.
Uang adalah buah dari iman dan taqwa bagi orang Islam.
Jakarta, May 21
Sumber: MQ Biz
Pada postingan terdahulu, Aa Gym menyebutkan bahwa Islam menganjurkan ummatnya menjadi orang kaya yang baik dan dermawan yang diberkahi Allah.
Menurut Aa, ketenagakerjaan sekarang jika dibuat peringkat, akan menjadi sebagai-berikut:
1. Owner. Pemilik perusahaan, pengasilan tertinggi, rata rata.
2. Investor. Pemegang saham peringkat nomor dua.
3. Self employment, seperti bertukang. Peringkat ketiga.
4. Employement/pegawai/pekerja. Peringkat terbawah.
Dari gambaran peringkat di atas, pengasilan pegawai rata rata di dunia adalah peringkat terendah. Umat Islam kebanyakan adalah pegawai. Sedikit sekali yang menjadi pengusaha besar. Jadi, kalau umat Islam melakukan sebagaimana Rasulullah SAW contohkan atau nasihatkan, maka hendaklah anak-anak diajarkan untuk menjadi pengusaha, pedagang, atau produsen, seperti teman-teman kita orang Cina dan Jepang.
Abuya Ashaari at Tamimi adalah seorang pelopor atau reformer sejati di zaman ini. Beliau bukan saja ahli agama, tetapi juga seorang saudagar atau pengusaha bermacam macam jenis usaha, mulai dari restoran, pabrik, tranportasi, garmen dll. Beliau boleh dijadikan contoh bagi umat Islam di di akhir zaman ini.
Menurut Abuya, 1. Kepada orang yang benar-benar beriman dan bertaqwa, Allah akan berikan pertolongan, rezeki dari sumber yang tidak diduga-duga. 2. Allah penolong bagi orang bertaqwa. Artinya, rezeki (uang) adalah buah dari orang yang bertaqwa. Jadi orang bertaqwa rezekinya banyak dan sumbernya pun banyak. Dengan kata lain, kalau umat Islam jatuh miskin pada zaman ini (padahal dulu Islam berjaya), karena umat Islam belum menjadi orang bertaqwa, atau belum menjadi orang mukmin (beriman). Yang banyak sekarang ini adalah umat "Islam KTP" dan Islam taqlik. Sedangkan orang yang bertaqwa sedikit sekali. Makanya, meski banyak beribadah ritual, ibadahnya belum berbekas. Karena umumnya umat Islam, kalau shalat tidak mengerti apa yang dibacanya atau tidak mengerti hikmah dari shalat itu.
Hikmah dari shalat adalah: jujur, berkasih sayang, tolerensi, bersih, disiplin, rajin, takut sama Allah, suka menolong, berbicara sopan santun, dan banyak lagi. Sesungguhnya orang yang rajin bershalat secara benar, maka hidupnya atau karya-karyanya sangat berguna untuk orang banyak. Karena Rasulullah mengatakan bahwa "Manusia yang mulia di sisi Allah adalah manusia yang hidupnya berfaedah bagi orang banyak atau karya-karyanya bermanfaat".
Jadi, untuk dapat menjadi orang kaya yang berakah sebagaimana Abuya Ashaari at Tamimi;
1. Ajarkan anak shalat yang benar, takutlah kepada Allah.
2. Ajarkan pentingnya uang dan menghargai waktu.
3. Arahkan cita-citanya untuk menjadi pengusaha, produsen atau berdagang.
4. Walaupun sementara mejadi pegawai, tapi pada akhirnya menjadi pengusaha.
5. Tanamkan bahwa rezeki atau uang adalah buah dari taqwa. Uang sangat penting untuk beramal saleh, membangun, dan mempertahan agama dari musuh-musuh. Selain itu, juga menjaga image (citra) Islam yang sukses dunia dan akhirat.
6. Dari kecil ajarkan anak-anak mandiri dan memiliki sense of business (naluri berbisnis). Kalau ia mendapat angka yang baik, berilah ia hadiah. Kalau mau uang jajan, suruhlah bekerja membantu ibu atau ayah di rumah. Jangan manjakan anak-anak dengan uang.
Tips:
Time is money bagi orang-orang Barat.
Uang adalah tuhan bagi sebagian orang Cina.
Uang adalah alat pengabdian bagi orang Jepang.
Uang adalah buah dari iman dan taqwa bagi orang Islam.
Jakarta, May 21
0 Comments:
Post a Comment
<< Home