Bisnis Jaringan
Sumber: MQ Biz
Ustadz Abu Sauqi, LC, dalam situs MQ Biz mengatakan, mencari dan membangun jaringan dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Diawali dengan silaturahmi, lalu jalinan persaudaraan. Prinsip saling membantu tersebut adalah prinsip jaringan.
Bisnis berbasis jaringan itu penting, karena bisnis seperti ini modalnya relatif kecil. Selama ini, kaum muslimin banyak yang tidak memiliki cukup modal untuk memulai bisnis. Aktivitas masjid dan organisasi Islam dapat memulai bisnis besar melalui bisnis jaringan. Tetapi tentu saja, kita harus profesional karena bisnis jaringan yang profesionalah yang akan tetap bertahan. Kita juga sedang belajar menggagas sebuah bisnis jaringan. Tetapi dasarnya tentu saja ibadah yang masih ada kaitannya dengan pekerjaan.
Ustadz juga menerapkan bisnis yang dasarnya sama dengan multilevel marketing (MLM). Hanya saja, yang jadi dasar adalah sistem pertemanan, dan juga membangun pertemanan kepada orang lain dengan satu prinsip: 'MEMBANTU ORANG LAIN AGAR SUKSES, MAKA KITA PUN AKAN SUKSES'. Bukan sukseskan dulu diri kita baru menyukseskan orang lain. Paradigmanya adalah, dengan membantu orang lain sukses, maka kita juga akan ikut sukses.
Di antara yang kita perlukan adalah support system (sistem pendukung), yang akan membuat jaringan kita bertambah dewasa dan mandiri. Sehingga downline mampu menduplikasikan pengetahuan kita, lalu dia menduplikasikannya lagi kepada downline-nya. Dan seterusnya. Itulah strategi bisnis jaringan. Bentuk pembinaan yang dilakukan biasanya variatif, tergantung dari lembaga atau gaya MLM-nya masing masing.
Kita masih trial and error dalam membangun bisnis jaringan seperti itu. Tetapi pada dasarnya kita membangun orang per orang. Dan ini perlu waktu. Tetapi ketika sudah terbentuk dan jaringan itu jadi, dampaknya akan sangat luar biasa, karena telah terjadi pelipatgandaan.
Robert T Kiyosaki dalam bukunya Business School mengatakan, sebuah bisnis jaringan yang hanya menjual barang tanpa ada satu sistem pembinaan, tidak akan berkembang dan akan pupus.
Bisnis berbasis jaringan ini sederhana. Masalah sukses atau tidak itu relatif. Meski bisnis jaringan dimulai oleh orang-orang yang tidak memiliki modal besar, tetapi ia memiliki kemampuan untuk membina jaringan. Berbeda misalnya dengan bisnis yang dikembangkan oleh para konglomerat sekarang. Bisnis mereka dimulai dengan modal yang begitu besar, dan sistem bisnis seperti ini paling sulit (untuk diduplikasi).
Dalam pemasaran jaringan, yang pertama dilakukan adalah melakukan pembinaan/motivasi, agar distributor (member) dapat terus terbangun dan kuat. Faktor motivasi dalam bisnis ini sangatlah penting.
Kedua, menyampaikan visi dan misi kita. Sebuah bisnis berbasis jaringan yang hanya disandarkan pada motivasi sekadar uang, tidaklah kuat. Namun yang harus diperkuat adalah mencampurkan visi misi spiritual dan visi misi bisnis. Rich DeVos mengatakan, "orang yang berbisnis hanya mencari uang akan menemui kesulitan ketimbang orang yang mencari uang untuk tujuan mulia. Lebih dari sekedar uang".
Kita harus semangat dan bersungguh-sungguh karena ini adalah jihad dari sisi ekonomi umat. Umat Islam banyak menemui masalah dan terjebak dalam sebuah paradigma yang menyebutkan bahwa tidak ada kekayaan yang disedekahkan, membuat orang menjadi miskin dan tersesat. Padahal Rasulullah bersabda, sebaik-baiknya harta adalah harta yang berada di tangan orang-orang shaleh.
Jakarta, May 7
Sumber: MQ Biz
Ustadz Abu Sauqi, LC, dalam situs MQ Biz mengatakan, mencari dan membangun jaringan dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Diawali dengan silaturahmi, lalu jalinan persaudaraan. Prinsip saling membantu tersebut adalah prinsip jaringan.
Bisnis berbasis jaringan itu penting, karena bisnis seperti ini modalnya relatif kecil. Selama ini, kaum muslimin banyak yang tidak memiliki cukup modal untuk memulai bisnis. Aktivitas masjid dan organisasi Islam dapat memulai bisnis besar melalui bisnis jaringan. Tetapi tentu saja, kita harus profesional karena bisnis jaringan yang profesionalah yang akan tetap bertahan. Kita juga sedang belajar menggagas sebuah bisnis jaringan. Tetapi dasarnya tentu saja ibadah yang masih ada kaitannya dengan pekerjaan.
Ustadz juga menerapkan bisnis yang dasarnya sama dengan multilevel marketing (MLM). Hanya saja, yang jadi dasar adalah sistem pertemanan, dan juga membangun pertemanan kepada orang lain dengan satu prinsip: 'MEMBANTU ORANG LAIN AGAR SUKSES, MAKA KITA PUN AKAN SUKSES'. Bukan sukseskan dulu diri kita baru menyukseskan orang lain. Paradigmanya adalah, dengan membantu orang lain sukses, maka kita juga akan ikut sukses.
Di antara yang kita perlukan adalah support system (sistem pendukung), yang akan membuat jaringan kita bertambah dewasa dan mandiri. Sehingga downline mampu menduplikasikan pengetahuan kita, lalu dia menduplikasikannya lagi kepada downline-nya. Dan seterusnya. Itulah strategi bisnis jaringan. Bentuk pembinaan yang dilakukan biasanya variatif, tergantung dari lembaga atau gaya MLM-nya masing masing.
Kita masih trial and error dalam membangun bisnis jaringan seperti itu. Tetapi pada dasarnya kita membangun orang per orang. Dan ini perlu waktu. Tetapi ketika sudah terbentuk dan jaringan itu jadi, dampaknya akan sangat luar biasa, karena telah terjadi pelipatgandaan.
Robert T Kiyosaki dalam bukunya Business School mengatakan, sebuah bisnis jaringan yang hanya menjual barang tanpa ada satu sistem pembinaan, tidak akan berkembang dan akan pupus.
Bisnis berbasis jaringan ini sederhana. Masalah sukses atau tidak itu relatif. Meski bisnis jaringan dimulai oleh orang-orang yang tidak memiliki modal besar, tetapi ia memiliki kemampuan untuk membina jaringan. Berbeda misalnya dengan bisnis yang dikembangkan oleh para konglomerat sekarang. Bisnis mereka dimulai dengan modal yang begitu besar, dan sistem bisnis seperti ini paling sulit (untuk diduplikasi).
Dalam pemasaran jaringan, yang pertama dilakukan adalah melakukan pembinaan/motivasi, agar distributor (member) dapat terus terbangun dan kuat. Faktor motivasi dalam bisnis ini sangatlah penting.
Kedua, menyampaikan visi dan misi kita. Sebuah bisnis berbasis jaringan yang hanya disandarkan pada motivasi sekadar uang, tidaklah kuat. Namun yang harus diperkuat adalah mencampurkan visi misi spiritual dan visi misi bisnis. Rich DeVos mengatakan, "orang yang berbisnis hanya mencari uang akan menemui kesulitan ketimbang orang yang mencari uang untuk tujuan mulia. Lebih dari sekedar uang".
Kita harus semangat dan bersungguh-sungguh karena ini adalah jihad dari sisi ekonomi umat. Umat Islam banyak menemui masalah dan terjebak dalam sebuah paradigma yang menyebutkan bahwa tidak ada kekayaan yang disedekahkan, membuat orang menjadi miskin dan tersesat. Padahal Rasulullah bersabda, sebaik-baiknya harta adalah harta yang berada di tangan orang-orang shaleh.
Jakarta, May 7
0 Comments:
Post a Comment
<< Home