Wednesday, May 19, 2004

Kaya dan Berkah

Oleh Aa Gym, Sumber: MQ Biz

Allah Swt Maha Kaya Raya. Semua yang kita lihat di bumi ini adalah milik Allah. Manusia boleh memilikinya untuk sementara selama berada di dunia ini. Allah Maha pemberi rezeki dan Maha pemurah. Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang sukses, berdagang bukan saja di dalam negeri tapi sampai ke luar negeri. Mahar (mas kawin) Rasulullah SAW dengan pengusaha Khadijah adalah 20 ekor unta yang bagus. Kalau ditukar dengan uang sekarang, setara sebuah sedan Mercedes Benz baru. Ia juga dijuluki seorang pedagang yang jujur, amanah, dan al amin.

Setelah diangkat menjadi nabi, maka seluruh harta kekayaan beliau diserahkan kepada jamaah. Demikian pula Khalifah Abu Bakar, Umar dan yang lainnya. Mereka menyerahkan hartanya untuk memajukan agama Islam atau untuk berdakwah.

Meski seorang yang kaya raya, tapi hidup beliau sederhana. Ini menjadi contoh seorang pemimpin umat, karena rakyatnya masih banyak yang miskin. Selain itu, agar jangan dituduh oleh umatnya bahwa nabi hidup foya-foya dengan uang jamaah, atau karena jabatannya. Nabi bersabda: "Allah SWT lebih suka muslim yang kuat iman dan ekonominya daripada muslim yang lemah". Kemudian Allah juga mewajibkan kepada umat Muhammad SAW untuk menutut ilmu, atau belajar sampai ke negeri Cina, agar umat Muhammad SAW berjaya dalam akhlaq maupun ekonominya.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Mujadalah ayat 11; "Meninggikan Allah akan orang-orang yang beriman dan mempunyai ilmu beberapa derajat" Dari ayat ini kita dapat memahami bahwa, kalau menuntut ilmu wajib, maka seharusnya wajib pula membangun sekolah untuk tempat belajar, membuat kertas, pensil, bangku-bangku, alat-alat transportasi seperti mobil, sepeda, motor dll. Begitu pula umat Islam diwajibkan melaksanakan shalat, maka wajib pula membuat kain, membuat baju, dan menanam kapas. Kalau tidak, bagaimana kita menutup aurat? Apakah cukup dengan daun-daun saja? Jadi, dengan adanya kewajiban shalat dan menutut ilmu, maka terbangunlah semua sarana, terbuka lapangan kerja, tidak ada pengangguran, karena semua bekerja, semua mendapat pengasilan, sehingga kesejahteraan umat pun makin meningkat.

Jadi, ajaran-ajaran Islam itu sangat cantik dan membawa pada kemajuan, memberikan lapangan kerja, tidak ada pengangguran atau rakyat miskin. Inilah ajaran Islam sesungguhnya.

Tetapi kenyataannya, umat Islam di negara mana pun hampir semuanya miskin, hidupnya tergantung kepada umat non-Islam. Kenapa ini bisa terjadi ?

Karena sebahagian besar ulama-ulama, khotib-khotib dan pemimpin-pemimpin tidak mengajarkan pemahaman sebagaimana di atas tadi. Karena sebahagian besar ulama-ulama atau guru-guru di dunia tidak mengamalkan perintah-perintah Allah di atas. Mereka mengajarkan atau mengamalkan hanya sebatas ibadah-ibadah ritual.

Juga karena guru-guru di sekolah tidak pernah mengajarkan murid-muridnya bagaimana bisa menjadi orang kaya. Bagaimana mencari uang. Yang diajarkan adalah: "belajarlah yang rajin, agar kamu lulus dengan angka yang baik, kemudian lamarlah kerja di perusahaan yang bagus". Artinya, murid-murid diajarkan untuk menjadi pegawai. Bukankah demikian?

Orang-orang tua juga tidak mengajarkan kepada anak-anaknya, bagaimana menjadi orang kaya yang baik dan dermawan yang diberkahi Allah. Nasihat-nasihatnya sama dengan nasihat guru-guru di atas. Yakni menjadi seorang pegawai atau seorang profesional yang mengandalkan keterampilannya.

Jadi, kalau umat Muhammad SAW di mana saja sebagian besar miskin, bukanlah salahnya Nabi Muhammad SAW atau salahnya ajaran-ajaran Islam. Yang salah adalah: Tidak mengajarkan sebagaimana perintah-perintah di atas, salah memahami ajaran Islam, atau karena ulama-ulama sebagian besar dari negara-negara Arab hingga Asia, tidak mengamalkannya.Saudara saudara kita dari suku Cina, Jepang dan Korea, menjadi umat yang sejahtera, karena mereka rajin berdagang seperti Rasulullah SAW dan khalifah-khalifah. Mereka berkarya mengolah barang-barang mentah pemberian Tuhan menjadi barang-barang yang berguna.

Mereka juga mengajarkan kepada anak-anaknya mengenai:
1. Pentingnya waktu, berdisiplin.
2. Pentingnya uang
3. Pentingnya berdagang dan berkarya
4. Pentingnya belajar
5. Pentingnya berkhidmat kepada manusia.

bersambung

Jakarta, May 19

0 Comments:

Post a Comment

<< Home