Run! Run!
Banyak cara untuk sukses. Tapi cara tercepat sukses adalah dengan BERLARI, saat orang lain BERJALAN. Banyak hikmah yang bisa dipetik dari pengalaman orang-orang sukses, sebagaimana kisah yang dikutip dari milis CNI Bisa berikut ini:
GLENN Cunningham berumur delapan tahun ketika ia mengalami kecelakaan. Ia dan kakaknya, Floyd, sedang menyalakan tungku pemanas sekolah ketika tiba-tiba tungku tersebut meledak dan menewaskan Floyd. Glenn sedang berada di pintu, sehingga ia selamat. Tapi ketika menyadari bahwa Floyd masih di dalam, Glenn berlari masuk untuk menyelamatkannya. Ia gagal, malah kedua kakinya terbakar hebat.
Kedua kakinya menjadi lumpuh dan tidak bisa merasakan apa pun. Dokter menyarankan agar kedua kakinya diamputasi. Tapi sambil menangis, Glenn memohon agar kakinya tidak dipotong. Orangtuanya tidak tega dan menuruti keinginannya sehingga kakinya selamat dari amputasi.
Dalam hatinya, Glenn yakin suatu saat ia akan dapat berjalan lagi. Kedua kaki Glenn bengkok dan semua jari kaki kirinya hilang. Setelah perban dibuka, kedua orang tuanya bergiliran mengurut kakinya setiap hari, meskipun hampir tak ada perubahan. Tapi beberapa bulan kemudian, Glenn
mencoba berdiri dan berjalan dengan dibantu oleh ayahnya.
Kakinya tetap diurut setiap hari dan kemudian Glenn Cunningham, yang tadinya divonis dokter tidak mungkin dapat berjalan lagi, kini bisa berjalan.
Glenn masih merasa kakinya lemah, sehingga ia ingin membuat kakinya menjadi kuat. Ia mulai berlari pada setiap kesempatan. Ia berlari ke sekolah, ia berlari ketika mengikuti paduan suara, ia berlari ke toko daging, ia berlari di lapangan, ia berlari mencari kayu bakar dan berlari pulang dengan kedua tangan penuh kayu. Ia tidak pernah berjalan apabila ia bisa berlari.
Lima tahun kemudian, ketika berumur 13 tahun, ia memenangkan kejuaraan lari di Morton County Fair. Sejak itu, ia semakin sering mengikuti berbagai kejuaraan lari dan selalu berhasil menjadi pemenang.
Glenn Cunningham menjadi juara lari bukan karena kakinya kuat, karena kaki itu pernah hampir dibuang. GLENN MENJADI JUARA KARENA IA BERLARI PADA SAAT SEMUA ORANG BERJALAN.
***
MELISA, yang berusia hampir empat puluh tahun, sebenarnya senang berolah raga, terutama bela diri. Ketika bertemu pelatih yang sangat baik, ia rajin berlatih. Seumur hidupnya ia tidak pernah
bisa melakukan split: salah satu kaki di depan yang lain di belakang merapat ke lantai.
Dengan usia yang sudah terbilang tua, ia merasa tidak mungkin melakukan split. Tapi ia tetap rajin berlatih. Tanpa disadarinya, pada suatu hari, tiba-tiba ia bisa melakukannya. Dalam keheranannya, ia cuma bisa bengong melihat dirinya split. Pelatihnya hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ia mampu melakukannya karena ia terus berlatih. Usia ternyata bukan halangan. IA TIDAK SANTAI BERJALAN, TAPI BERLARI.
***
NANA merasa sangat beruntung ketika diterima bekerja di sebuah supermarket. Tapi ia merasa cepat lelah. Ia harus berdiri berjam-jam setiap hari. Setiap pulang kerja kakinya terasa sakit dan kaku. Ia mulai sering menggerutu. Tak lama kemudian ia mulai sering terlambat datang. Karena merasa tidak suka dengan pekerjaannya, ia merasa tertekan. Ia jadi kurang suka makan sehingga badannya semakin kurus.
Pada saat bersamaan rekannya, Mila dan Sapto, tetap bekerja dengan baik. Bahkan Mila sangat rajin. Datang paling pagi, ia rajin berkeliling untuk mengecek barang dan kebersihan. Ia tidak pernah menggerutu. Kalau ditanya apakah ia tidak merasa lelah, ia hanya tersenyum dan menjawab: "Ya, tentu saja". Herannya, Mila tetap rajin. Mila menghormati penyelianya dan banyak menggali ilmu darinya. Pada saat Nana merasa rendah diri untuk berkomunikasi dengan atasannya dan memilih menghindarinya, Mila justru sering meminta nasihatnya atau mengajak atasannya bertukar pikiran.
Saat Nana malas dan duduk bersembunyi di pojok, Mila rajin berkeliling membantu para pelanggan dan menyapa mereka dengan ramah. Tanpa disadari, Mila semakin matang, kemampuan komunikasinya juga semakin baik. Ia tak merasa rendah diri lagi saat berhadapan dengan orang lain. Wajahnya memancarkan semangat dan keramahan yang membuat orang lain semakin menyukainya.
PADA SAAT NANA BERJALAN, MILA BERLARI. Untunglah Sapto melihat kemajuan Mila dan berusaha bersikap positif seperti Mila. IA PUN BERLARI. Ia telah melihat hasil yang dicapai Mila.
***
BOWO sangat ingin bekerja sebagai sopir. Tapi sayang, ia kurang berpengalaman. Ia juga kurang mengenal jalan-jalan di Jakarta. Selain itu, Bowo juga tidak hapal lokasi gedung-gedung perkantoran atau mal-mal besar.
Tapi ketika ia diterima bekerja sebagai sopir di sebuah toko bahan bangunan, ia begitu senang, dan tak ingin gagal. Setiap saat ia menghapal jalan-jalan yang dilaluinya. Ia tidak pernah malu bertanya. Ia membeli peta Jakarta dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempelajarinya di rumah.
Dalam tempo hanya setengah bulan, ia sudah menguasai hampir 70 persen jalan-jalan di Jakarta. Kini ia tidak pernah kebingungan lagi, karena dapat menjalankan pekerjaannya dengan sangat baik. IA TIDAK HANYA BERJALAN, TAPI BERLARI. Banyak pelaku bisnis yang sukses menerapkan ilmu ini. BERLARILAH SAAT ORANG LAIN BERJALAN, MAKA KITA AKAN MENCAPAI HASIL LEBIH BANYAK. Run, Man! Run!
Sumber: Run four Your Success, oleh Lisa Nuryanti, Pemerhati Etika dan Kepribadian
Jakarta, May 26
Banyak cara untuk sukses. Tapi cara tercepat sukses adalah dengan BERLARI, saat orang lain BERJALAN. Banyak hikmah yang bisa dipetik dari pengalaman orang-orang sukses, sebagaimana kisah yang dikutip dari milis CNI Bisa berikut ini:
GLENN Cunningham berumur delapan tahun ketika ia mengalami kecelakaan. Ia dan kakaknya, Floyd, sedang menyalakan tungku pemanas sekolah ketika tiba-tiba tungku tersebut meledak dan menewaskan Floyd. Glenn sedang berada di pintu, sehingga ia selamat. Tapi ketika menyadari bahwa Floyd masih di dalam, Glenn berlari masuk untuk menyelamatkannya. Ia gagal, malah kedua kakinya terbakar hebat.
Kedua kakinya menjadi lumpuh dan tidak bisa merasakan apa pun. Dokter menyarankan agar kedua kakinya diamputasi. Tapi sambil menangis, Glenn memohon agar kakinya tidak dipotong. Orangtuanya tidak tega dan menuruti keinginannya sehingga kakinya selamat dari amputasi.
Dalam hatinya, Glenn yakin suatu saat ia akan dapat berjalan lagi. Kedua kaki Glenn bengkok dan semua jari kaki kirinya hilang. Setelah perban dibuka, kedua orang tuanya bergiliran mengurut kakinya setiap hari, meskipun hampir tak ada perubahan. Tapi beberapa bulan kemudian, Glenn
mencoba berdiri dan berjalan dengan dibantu oleh ayahnya.
Kakinya tetap diurut setiap hari dan kemudian Glenn Cunningham, yang tadinya divonis dokter tidak mungkin dapat berjalan lagi, kini bisa berjalan.
Glenn masih merasa kakinya lemah, sehingga ia ingin membuat kakinya menjadi kuat. Ia mulai berlari pada setiap kesempatan. Ia berlari ke sekolah, ia berlari ketika mengikuti paduan suara, ia berlari ke toko daging, ia berlari di lapangan, ia berlari mencari kayu bakar dan berlari pulang dengan kedua tangan penuh kayu. Ia tidak pernah berjalan apabila ia bisa berlari.
Lima tahun kemudian, ketika berumur 13 tahun, ia memenangkan kejuaraan lari di Morton County Fair. Sejak itu, ia semakin sering mengikuti berbagai kejuaraan lari dan selalu berhasil menjadi pemenang.
Glenn Cunningham menjadi juara lari bukan karena kakinya kuat, karena kaki itu pernah hampir dibuang. GLENN MENJADI JUARA KARENA IA BERLARI PADA SAAT SEMUA ORANG BERJALAN.
***
MELISA, yang berusia hampir empat puluh tahun, sebenarnya senang berolah raga, terutama bela diri. Ketika bertemu pelatih yang sangat baik, ia rajin berlatih. Seumur hidupnya ia tidak pernah
bisa melakukan split: salah satu kaki di depan yang lain di belakang merapat ke lantai.
Dengan usia yang sudah terbilang tua, ia merasa tidak mungkin melakukan split. Tapi ia tetap rajin berlatih. Tanpa disadarinya, pada suatu hari, tiba-tiba ia bisa melakukannya. Dalam keheranannya, ia cuma bisa bengong melihat dirinya split. Pelatihnya hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ia mampu melakukannya karena ia terus berlatih. Usia ternyata bukan halangan. IA TIDAK SANTAI BERJALAN, TAPI BERLARI.
***
NANA merasa sangat beruntung ketika diterima bekerja di sebuah supermarket. Tapi ia merasa cepat lelah. Ia harus berdiri berjam-jam setiap hari. Setiap pulang kerja kakinya terasa sakit dan kaku. Ia mulai sering menggerutu. Tak lama kemudian ia mulai sering terlambat datang. Karena merasa tidak suka dengan pekerjaannya, ia merasa tertekan. Ia jadi kurang suka makan sehingga badannya semakin kurus.
Pada saat bersamaan rekannya, Mila dan Sapto, tetap bekerja dengan baik. Bahkan Mila sangat rajin. Datang paling pagi, ia rajin berkeliling untuk mengecek barang dan kebersihan. Ia tidak pernah menggerutu. Kalau ditanya apakah ia tidak merasa lelah, ia hanya tersenyum dan menjawab: "Ya, tentu saja". Herannya, Mila tetap rajin. Mila menghormati penyelianya dan banyak menggali ilmu darinya. Pada saat Nana merasa rendah diri untuk berkomunikasi dengan atasannya dan memilih menghindarinya, Mila justru sering meminta nasihatnya atau mengajak atasannya bertukar pikiran.
Saat Nana malas dan duduk bersembunyi di pojok, Mila rajin berkeliling membantu para pelanggan dan menyapa mereka dengan ramah. Tanpa disadari, Mila semakin matang, kemampuan komunikasinya juga semakin baik. Ia tak merasa rendah diri lagi saat berhadapan dengan orang lain. Wajahnya memancarkan semangat dan keramahan yang membuat orang lain semakin menyukainya.
PADA SAAT NANA BERJALAN, MILA BERLARI. Untunglah Sapto melihat kemajuan Mila dan berusaha bersikap positif seperti Mila. IA PUN BERLARI. Ia telah melihat hasil yang dicapai Mila.
***
BOWO sangat ingin bekerja sebagai sopir. Tapi sayang, ia kurang berpengalaman. Ia juga kurang mengenal jalan-jalan di Jakarta. Selain itu, Bowo juga tidak hapal lokasi gedung-gedung perkantoran atau mal-mal besar.
Tapi ketika ia diterima bekerja sebagai sopir di sebuah toko bahan bangunan, ia begitu senang, dan tak ingin gagal. Setiap saat ia menghapal jalan-jalan yang dilaluinya. Ia tidak pernah malu bertanya. Ia membeli peta Jakarta dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempelajarinya di rumah.
Dalam tempo hanya setengah bulan, ia sudah menguasai hampir 70 persen jalan-jalan di Jakarta. Kini ia tidak pernah kebingungan lagi, karena dapat menjalankan pekerjaannya dengan sangat baik. IA TIDAK HANYA BERJALAN, TAPI BERLARI. Banyak pelaku bisnis yang sukses menerapkan ilmu ini. BERLARILAH SAAT ORANG LAIN BERJALAN, MAKA KITA AKAN MENCAPAI HASIL LEBIH BANYAK. Run, Man! Run!
Sumber: Run four Your Success, oleh Lisa Nuryanti, Pemerhati Etika dan Kepribadian
Jakarta, May 26
0 Comments:
Post a Comment
<< Home