Ajal
Allahu Akbar! Dia bisa melakukan apa pun, meski tak masuk logika. Banyak kisah nyata yang aneh bin ajaib seputar musibah tsunami di Aceh ini. Ada yang bisa selamat setelah tergulung air bah bercampur pasir dan lumpur serta batangan kayu, seperti dialami wartawan Jawa Pos biro Banda Aceh. Ada pula yang selamat karena memeluk dan mengikuti jalannya ular besar, sebagaimana dialami dua orang anak kembar. Wallahu alam.
Siang ini, saya membaca dari koran dan menyaksikan tayangan televisi tentang seorang perempuan 23 tahun yang selamat setelah terombang-ambing 5 hari di Samudera Hindia. Masya Allah. Perempuan Aceh itu, yang dihempas tsunami ke tengah laut dengan hanya berpegangan pada sebatang sagu, selama 5 hari hanya makan buah sagu yang berhasil diraihnya dan batang kayu yang dipeluknya. Akhirnya, dia berhasil ditolong sebuah kapal Malaysia penangkap ikan tuna.
Seorang pemuda berusia 17 tahun, ditemukan masih hidup setelah hampir 8 hari terkurung di balik perahu terbalik dalam keadaan sangat lemah. Ia hanya minum air di dekatnya, tanpa bisa makan apa-apa.
Ada lagi kisah keluarga yang menghuni perumahan PT Semen Andalas Indonesia (SAI) Banda Aceh yang lolos dari maut, setelah berjuang meninggalkan tempat tinggalnya menuju tempat yang lebih tinggi. PT SAI beserta perumahannya hancur berantakan dilanda gelombang pasang itu, karena letaknya memang di pinggir laut.
Entah kenapa, Cut Mala, istri karyawan PT SAI itu, berinisiatif menggerakkan keluarganya segera pergi dari rumahnya menumpang mobil. Malah, ibu satu anak berumur 2 tahun itu sempat mengajak serta bayi 10 bulan tetangganya --yang ditinggal ibunya ke pasar-- beserta nenek dan pembantunya.
Sebelum berangkat, ia sempat mengingatkan keluarganya tentang bahaya air bah, namun para tetangganya malah terbengong-bengong. Akhirnya, tanpa tengok kanan-kiri lagi, mereka pun memacu mobil di tengah kepanikan orang-orang yang melakukan hal yang sama. Mereka pun selamat dari air bah setelah mendaki bukit di atas menara TVRI.
Apa yang menggerakkan mereka sehingga bisa membaca tanda-tanda bahaya? Padahal, lazimnya orang biasa, tidak lari bila melihat banjir, tapi menyelamatkan dulu barang-barangnya agar tidak terendam air. Jawabnya, mungkin mereka ditakdirkan Allah belum sampai ajalnya.
Siang ini, saya membaca dari koran dan menyaksikan tayangan televisi tentang seorang perempuan 23 tahun yang selamat setelah terombang-ambing 5 hari di Samudera Hindia. Masya Allah. Perempuan Aceh itu, yang dihempas tsunami ke tengah laut dengan hanya berpegangan pada sebatang sagu, selama 5 hari hanya makan buah sagu yang berhasil diraihnya dan batang kayu yang dipeluknya. Akhirnya, dia berhasil ditolong sebuah kapal Malaysia penangkap ikan tuna.
Seorang pemuda berusia 17 tahun, ditemukan masih hidup setelah hampir 8 hari terkurung di balik perahu terbalik dalam keadaan sangat lemah. Ia hanya minum air di dekatnya, tanpa bisa makan apa-apa.
Ada lagi kisah keluarga yang menghuni perumahan PT Semen Andalas Indonesia (SAI) Banda Aceh yang lolos dari maut, setelah berjuang meninggalkan tempat tinggalnya menuju tempat yang lebih tinggi. PT SAI beserta perumahannya hancur berantakan dilanda gelombang pasang itu, karena letaknya memang di pinggir laut.
Entah kenapa, Cut Mala, istri karyawan PT SAI itu, berinisiatif menggerakkan keluarganya segera pergi dari rumahnya menumpang mobil. Malah, ibu satu anak berumur 2 tahun itu sempat mengajak serta bayi 10 bulan tetangganya --yang ditinggal ibunya ke pasar-- beserta nenek dan pembantunya.
Sebelum berangkat, ia sempat mengingatkan keluarganya tentang bahaya air bah, namun para tetangganya malah terbengong-bengong. Akhirnya, tanpa tengok kanan-kiri lagi, mereka pun memacu mobil di tengah kepanikan orang-orang yang melakukan hal yang sama. Mereka pun selamat dari air bah setelah mendaki bukit di atas menara TVRI.
Apa yang menggerakkan mereka sehingga bisa membaca tanda-tanda bahaya? Padahal, lazimnya orang biasa, tidak lari bila melihat banjir, tapi menyelamatkan dulu barang-barangnya agar tidak terendam air. Jawabnya, mungkin mereka ditakdirkan Allah belum sampai ajalnya.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home