Monday, January 10, 2005

Jenazah Aceh

Mengurus jenazah adalah fardlu kifayah. Wajib, tapi tak apa jika dilakukan oleh sebagian orang. Seperti mengurus jenazah korban gempa dan tsunami di Aceh, terutama Kota Banda Aceh. Meski jenazah selayaknya dimandikan, dikafani dan dishalatkan, tapi karena keadaan darurat (dengan jumlah jenazah mencapai puluhan ribu), ulama menyatakan pendapatnya bahwa jenazah di Aceh --yang dalam kondisi membusuk-- boleh tidak dikafani dan dimandikan, asal tetap dishalatkan. Bahkan, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi berpendapat, jenazah-jenazah yang masih berserakan dan semakin membusuk (hancur), dan jumlahnya diperkirakan masih ribuan di Banda Aceh, sehingga dikhawatirkan bisa menyebarkan bibit penyakit, boleh langsung ditimbun tanah tanpa dibuatkan dulu lubang kubur.

Kenyataannya, saking kurangnya tenaga relawan dan mempermudah proses penggalian, sehingga penguburan massal jenazah dilakukan dengan alat-alat berat, saya tak melihat saat penguburan massal, dilakukan shalat gaib untuk jenazah-jenazah yang mayoritas (boleh dibilang hampir 100 persen) muslim itu. Saya pikir, shalat gaib di berbagai tempat di belahan bumi ini bagi korban Aceh, sudah cukup mewakili.

Tapi ternyata --alhamdulillah-- teman saya di multiply mengirim foto-foto penguburan massal jenazah oleh Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid beserta rekan-rekannya --yang luput dari publikasi media. Tampak, di foto-foto itu, Hidayat dan beberapa orang lainnya, di depan kuburan massal itu melakukan shalat gaib. Mudah-mudahan ini jadi contoh bagi pemimpin lainnya.



0 Comments:

Post a Comment

<< Home