Lain Perusahaan, Beda Pelayanan
SAAT motorku tiba di sebuah pom bensin yang baru dibuka...
"Selamat siang Pak, mau isi berapa liter," ujar petugas SPBU berseragam merah dan berjilbab hitam itu.
"Yang Rp 5.100 (per liter) saja," kataku.
"O, sekarang sudah turun jadi Rp 5.000," ujarnya ramah.
"Ya, yang itu saja Rp 10.000 (2 liter)," jawabku. *maklum motor tangkinya kecil, ngisi dikit, tapi sering* ;)
"Super sepuluh ribu," katanya, mengulangi, seolah minta konfirmasi.
Setelah dibayar, ia memencet tombol print-out secarik kertas kecil berisi nilai rupiah yang dibayarkan dan jumlah bensin yang dikeluarkan.
"Terima kasih Pak, selamat jalan, hati-hati di jalan, semoga selamat sampai tujuan," begitu kira-kira pesan dan doa yang meluncur dari mulutnya.
"Kalau mau memeriksa angin ban, silakan ke belakang. Gratis, Pak," tambahnya, masih dengan nada ramah, sebelum aku berlalu. *untuk mobil, ada layanan tambahan; cuci kaca depan gratis*
Itulah pengalaman pertamaku mengisi bensin di pom bensin berlogo kerang yang berlokasi di Jalan Warung Buncit, Mampang, Jakarta Selatan itu. Perusahaan itu berencana membangun enam stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Indonesia selama 2006.
Perusahaan swasta asal negeri penjajah itu menunjukkan layanan prima kepada pelanggan barunya -yang sebelumnya hanya mengenal bensin dari perusahaan cap kuda laut (yang kini berganti jadi panah "P" itu). Selain jualan bensin, perusahaan cap kerang itu bakal (dan sudah) merambah usaha ritel, perbankan, dan minyak pelumas.
* * *
Bagiku, sebagai konsumen di era pasar bebas ini, mengisi bensin seharga Rp 5.000 seliter jelas lebih menguntungkan ketimbang mengisi bensin eceran di pinggir jalan yang harganya sama.
Juga, masih lebih menguntungkan dibanding kompetitornya yang selama ini memonopoli perdagangan BBM di bumi Indonesia ini (dan juga terkenal dengan "tikus-tikusnya"). Paling tidak, dari segi pelayanan -nyaman dan lebih cepat, karena tak usah ngantri, atau paling tidak, ngantri lama).
Hanya saja, karena pom bensin cap kerang itu baru segelintir, itu pun bukan di jalur jelajahku sehari-hari, aku tetap harus puas dengan pelayanan seadanya dari pom bensin cap panah "P" itu, meski masih suka dikadalin, baik dari jumlah literan, kualitas bbm (oplosan), maupun rupiahnya (kembalian kurang). :P
"Selamat siang Pak, mau isi berapa liter," ujar petugas SPBU berseragam merah dan berjilbab hitam itu.
"Yang Rp 5.100 (per liter) saja," kataku.
"O, sekarang sudah turun jadi Rp 5.000," ujarnya ramah.
"Ya, yang itu saja Rp 10.000 (2 liter)," jawabku. *maklum motor tangkinya kecil, ngisi dikit, tapi sering* ;)
"Super sepuluh ribu," katanya, mengulangi, seolah minta konfirmasi.
Setelah dibayar, ia memencet tombol print-out secarik kertas kecil berisi nilai rupiah yang dibayarkan dan jumlah bensin yang dikeluarkan.
"Terima kasih Pak, selamat jalan, hati-hati di jalan, semoga selamat sampai tujuan," begitu kira-kira pesan dan doa yang meluncur dari mulutnya.
"Kalau mau memeriksa angin ban, silakan ke belakang. Gratis, Pak," tambahnya, masih dengan nada ramah, sebelum aku berlalu. *untuk mobil, ada layanan tambahan; cuci kaca depan gratis*
Itulah pengalaman pertamaku mengisi bensin di pom bensin berlogo kerang yang berlokasi di Jalan Warung Buncit, Mampang, Jakarta Selatan itu. Perusahaan itu berencana membangun enam stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Indonesia selama 2006.
Perusahaan swasta asal negeri penjajah itu menunjukkan layanan prima kepada pelanggan barunya -yang sebelumnya hanya mengenal bensin dari perusahaan cap kuda laut (yang kini berganti jadi panah "P" itu). Selain jualan bensin, perusahaan cap kerang itu bakal (dan sudah) merambah usaha ritel, perbankan, dan minyak pelumas.
* * *
Bagiku, sebagai konsumen di era pasar bebas ini, mengisi bensin seharga Rp 5.000 seliter jelas lebih menguntungkan ketimbang mengisi bensin eceran di pinggir jalan yang harganya sama.
Juga, masih lebih menguntungkan dibanding kompetitornya yang selama ini memonopoli perdagangan BBM di bumi Indonesia ini (dan juga terkenal dengan "tikus-tikusnya"). Paling tidak, dari segi pelayanan -nyaman dan lebih cepat, karena tak usah ngantri, atau paling tidak, ngantri lama).
Hanya saja, karena pom bensin cap kerang itu baru segelintir, itu pun bukan di jalur jelajahku sehari-hari, aku tetap harus puas dengan pelayanan seadanya dari pom bensin cap panah "P" itu, meski masih suka dikadalin, baik dari jumlah literan, kualitas bbm (oplosan), maupun rupiahnya (kembalian kurang). :P
0 Comments:
Post a Comment
<< Home