Belajar
- Apa beda belajar di Universitas sama belajar di CNI?
+ Di kampus, belajar tentang orang-orang sukses, sedangkan di CNI, belajar menjadi sukses.
Itulah pendapat Agung Handaya, Double Diamond Agency Manager, yang juga pencetus Rencana Pengembangan Usaha (RPU) CNI, saat Home Sharing di TVRI (31/5). Menurut Agung, setiap mitra CNI akan mendapatkan pendidikan, mulai dari New Distributor Training (NDT), Unit Manager Training (UMT), hingga Seminar Pengembangan Usaha (SPU), yang meliputi, antara lain, pelatihan public speaking dan pengembangan kepribadian (oleh instruktur dari John Robert Powers).
Agung menganalogikan perbedaan belajar di perguruan tinggi itu dengan sepeda motor. Kalau di Universitas (Fakultas Teknik), orang belajar tentang bagaimana cara kerja sepeda motor, sedangkan di CNI, orang belajar, bagaimana mengendarai sepeda motor itu.
Makanya, mitra satu grupku bilang, ilmu di CNI itu beda dengan ilmu "di luaran", meski di perguruan tinggi sekali pun. Artinya, seorang sarjana yang baru bergabung dengan bisnis yang mengandalkan banyak sumberdaya manusia ini, tetap harus mempelajari seluk beluk bisnis CNI, mulai dari RPU, Kode Etik, apa dan bagaimana produk-produknya, serta prosedur perekrutan (sponsoring). Makanya, mitraku yang hanya lulusan SD, misalnya, tetap saja pede berhadapan dengan downline-nya yang berpendidikan tinggi.
Selain itu, Agung Handaya menambahkan, di CNI juga, para mitra usaha belajar pemahaman pengetahuan sekaligus keterampilan. Kalau teriak-teriak pada pertemuan? "Itu bagian dari sikap. Semangat," katanya. Namun demikian, teriak tidak identik dengan kesuksesan. Artinya, untuk sukses, tak perlu selalu berteriak-teriak, melainkan "rajin-rajinlah melakukan tiga tugas sebagai mitra CNI, yakni memakai produk/menjual, mengajak orang (sponsoring) dan mengembangkan jaringan/belajar.
Jakarta, June 2
- Apa beda belajar di Universitas sama belajar di CNI?
+ Di kampus, belajar tentang orang-orang sukses, sedangkan di CNI, belajar menjadi sukses.
Itulah pendapat Agung Handaya, Double Diamond Agency Manager, yang juga pencetus Rencana Pengembangan Usaha (RPU) CNI, saat Home Sharing di TVRI (31/5). Menurut Agung, setiap mitra CNI akan mendapatkan pendidikan, mulai dari New Distributor Training (NDT), Unit Manager Training (UMT), hingga Seminar Pengembangan Usaha (SPU), yang meliputi, antara lain, pelatihan public speaking dan pengembangan kepribadian (oleh instruktur dari John Robert Powers).
Agung menganalogikan perbedaan belajar di perguruan tinggi itu dengan sepeda motor. Kalau di Universitas (Fakultas Teknik), orang belajar tentang bagaimana cara kerja sepeda motor, sedangkan di CNI, orang belajar, bagaimana mengendarai sepeda motor itu.
Makanya, mitra satu grupku bilang, ilmu di CNI itu beda dengan ilmu "di luaran", meski di perguruan tinggi sekali pun. Artinya, seorang sarjana yang baru bergabung dengan bisnis yang mengandalkan banyak sumberdaya manusia ini, tetap harus mempelajari seluk beluk bisnis CNI, mulai dari RPU, Kode Etik, apa dan bagaimana produk-produknya, serta prosedur perekrutan (sponsoring). Makanya, mitraku yang hanya lulusan SD, misalnya, tetap saja pede berhadapan dengan downline-nya yang berpendidikan tinggi.
Selain itu, Agung Handaya menambahkan, di CNI juga, para mitra usaha belajar pemahaman pengetahuan sekaligus keterampilan. Kalau teriak-teriak pada pertemuan? "Itu bagian dari sikap. Semangat," katanya. Namun demikian, teriak tidak identik dengan kesuksesan. Artinya, untuk sukses, tak perlu selalu berteriak-teriak, melainkan "rajin-rajinlah melakukan tiga tugas sebagai mitra CNI, yakni memakai produk/menjual, mengajak orang (sponsoring) dan mengembangkan jaringan/belajar.
Jakarta, June 2
1 Comments:
sert sikis
Post a Comment
<< Home