Monday, July 26, 2004

Jalan Angker

Setelah kunjungan mitra-mitra CNI saya ke Sasak Panjang, tampaknya mereka semakin memahami keadaan saya, terutama kalau pulang home sharing tengah malam (atau bahkan dini hari) mengendarai sepeda motor. Kalau ada home sharing di Pasar Minggu atau Penggilingan, Jakarta, jam 11-an sudah diakhiri karena berempati pada yang rumahnya paling jauh.

Mitra-mitra saya itu --setelah membuktikan jalan di malam hari di tempat-tempat yang selalu saya lalui-- seringkali bertanya, apakah tidak takut melewati jalanan kampung yang sepi dan gelap. Lalu saya jawab, kalau takut, dalam arti bulu kuduk berdiri, itu sih manusiawi, tapi motor harus terus berjalan, karena memang itulah jalan satu-satunya menuju ke rumah.

Tapi saya katakan, saya lebih berhati-hati (atau menghindari) jalanan yang jelas-jelas tidak aman dari manusia jahat, seperti perampok, daripada jalanan yang orang katakan "angker" dari sesuatu yang tidak tampak, meski bisa dirasakan. *Dalam kondisi setengah sadar karena mengantuk berat, saya pernah merasa berada dalam sebuah keramaian, dan setelah sadar penuh, ternyata sepi sekali, tak ada orang lain.* (Ya Allah, mudah-mudahan saya senantiasa diberi keselamatan dan ketabahan).

0 Comments:

Post a Comment

<< Home