Hati-Hati dengan Ludah
FLU burung. Nama yang begitu menyeramkan bagi rakyat Indonesia saat ini. Mungkin lebih menyeramkan daripada isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Betapa tidak, beberapa korban meninggal akibat virus H5N1 avian influenza itu. Sebut saja, Iwan Siswara Rapei (38) dan kedua putrinya, Sabrina Nurul Azizah (8) dan si bungsu Thalita Nurul Azizah (1). Selain itu, juga Rini Dita Prasetia (37), dan terakhir Riska Hadiati (5 tahun 7 bulan). Belum lagi 113 pasien positif terinfeksi virus itu yang dirawat di seluruh dunia.
Menurut dr. Chandra Yoga, dokter ahli paru-paru, dalam acara "Good Morning" Trans TV, Kamis (22/9), kasus flu burung sekarang ini sudah tahap stadium 3 (penularan dari hewan ke manusia). Kalau berlanjut ke stadium 4 (penularan dari manusia ke manusia), kasus ini sudah bisa disebut sebagai epidemi.
Hati-hati Ludah
Namun demikian, menurutnya, bukan berarti kita terus menerus harus berada dalam kecemasan, tanpa tahu apa yang harus dilakukan.
dr. Chandra berani menjamin, penularan virus H5N1 dari ludah dan faeces (kotoran) unggas ini, kemungkinan besar tidak lewat udara, melainkan kontak langsung (bisa sengaja, bisa tanpa sengaja).
Prosesnya, menurut dokter yang bicaranya lantang itu, si penderita menyentuh langsung kotoran atau air liur unggas yang terinfeksi, lalu bisa saja tanpa sengaja ia menggaruk hidungnya, sehingga terhisap ke paru-paru.
"Jadi kalau dalam radius sekian meter ada peternakan unggas, tidak lantas tetangganya tertular virus flu burung," ujar dr. Chandra. Namun ia menegaskan, sikap hati-hati wajib dilakukan, misalnya setelah menyentuh unggas, langsung cuci tangan bersih-bersih.
Gejala, sama dengan flu biasa
Menurut dr. Chandra, flu burung dengan flu biasa masih "satu keluarga", tapi lain jenisnya. Flu burung virusnya dinamakan H5, sedangkan flu biasa H1.
Namun, kata dokter itu, gejala-gejala awalnya sama persis dengan flu biasa, yakni pilek, demam, panas, namun tidak sembuh dalam waktu 1-3 hari seperti flu biasa, melainkan bertambah buruk, jadi radang paru-paru akut (pnemonia).
Seperti dialami Mutiara Gayatri, pasien flu burung yang kini dirawat di sebuah rumah sakit. Menurut ibu angkatnya, Anneke, dalam acara yang dipandu Rieke "Oneng" Dyah Pitaloka dan Ferdi Hasan itu, awalnya Mutiara mengalami gejala-gejala flu biasa. Namun setelah berobat ke dokter umum, sorenya dibawa ke dokter, sorenya anak 7 tahun itu mengalami sesak napas, dan ternyata bukan sesak napas biasa. Mutiara, yang tinggal di Karawaci Tangerang, rumahnya berjarak 300 meter dari peternakan ayam dan bebek.
Namun demikian, dr. Chandra berpesan, masyarakat jangan terlalu trauma dengan virus ini (meski tetap berhati-hati), karena dari sekian juta unggas yang sakit (dan diduga kena flu burung) di seluruh dunia, "hanya" 113 orang yang dinyatakan positif terinveksi virus yang berasal dari Hong Kong itu. "Artinya, kemungkinannya sangat kecil," pesannya. tianarief
Betapa tidak, beberapa korban meninggal akibat virus H5N1 avian influenza itu. Sebut saja, Iwan Siswara Rapei (38) dan kedua putrinya, Sabrina Nurul Azizah (8) dan si bungsu Thalita Nurul Azizah (1). Selain itu, juga Rini Dita Prasetia (37), dan terakhir Riska Hadiati (5 tahun 7 bulan). Belum lagi 113 pasien positif terinfeksi virus itu yang dirawat di seluruh dunia.
Menurut dr. Chandra Yoga, dokter ahli paru-paru, dalam acara "Good Morning" Trans TV, Kamis (22/9), kasus flu burung sekarang ini sudah tahap stadium 3 (penularan dari hewan ke manusia). Kalau berlanjut ke stadium 4 (penularan dari manusia ke manusia), kasus ini sudah bisa disebut sebagai epidemi.
Hati-hati Ludah
Namun demikian, menurutnya, bukan berarti kita terus menerus harus berada dalam kecemasan, tanpa tahu apa yang harus dilakukan.
dr. Chandra berani menjamin, penularan virus H5N1 dari ludah dan faeces (kotoran) unggas ini, kemungkinan besar tidak lewat udara, melainkan kontak langsung (bisa sengaja, bisa tanpa sengaja).
Prosesnya, menurut dokter yang bicaranya lantang itu, si penderita menyentuh langsung kotoran atau air liur unggas yang terinfeksi, lalu bisa saja tanpa sengaja ia menggaruk hidungnya, sehingga terhisap ke paru-paru.
"Jadi kalau dalam radius sekian meter ada peternakan unggas, tidak lantas tetangganya tertular virus flu burung," ujar dr. Chandra. Namun ia menegaskan, sikap hati-hati wajib dilakukan, misalnya setelah menyentuh unggas, langsung cuci tangan bersih-bersih.
Gejala, sama dengan flu biasa
Menurut dr. Chandra, flu burung dengan flu biasa masih "satu keluarga", tapi lain jenisnya. Flu burung virusnya dinamakan H5, sedangkan flu biasa H1.
Namun, kata dokter itu, gejala-gejala awalnya sama persis dengan flu biasa, yakni pilek, demam, panas, namun tidak sembuh dalam waktu 1-3 hari seperti flu biasa, melainkan bertambah buruk, jadi radang paru-paru akut (pnemonia).
Seperti dialami Mutiara Gayatri, pasien flu burung yang kini dirawat di sebuah rumah sakit. Menurut ibu angkatnya, Anneke, dalam acara yang dipandu Rieke "Oneng" Dyah Pitaloka dan Ferdi Hasan itu, awalnya Mutiara mengalami gejala-gejala flu biasa. Namun setelah berobat ke dokter umum, sorenya dibawa ke dokter, sorenya anak 7 tahun itu mengalami sesak napas, dan ternyata bukan sesak napas biasa. Mutiara, yang tinggal di Karawaci Tangerang, rumahnya berjarak 300 meter dari peternakan ayam dan bebek.
Namun demikian, dr. Chandra berpesan, masyarakat jangan terlalu trauma dengan virus ini (meski tetap berhati-hati), karena dari sekian juta unggas yang sakit (dan diduga kena flu burung) di seluruh dunia, "hanya" 113 orang yang dinyatakan positif terinveksi virus yang berasal dari Hong Kong itu. "Artinya, kemungkinannya sangat kecil," pesannya. tianarief
0 Comments:
Post a Comment
<< Home