Drugs
Bingung juga, ketika malam-malam ditelepon tante saya. Ia panik. Katanya, anaknya alias adik sepupu saya, A, kena narkoba. Ia minta ditolongin, bagaimana menyadarkan anaknya itu. Saya bilang, kalau masalah menangani narkoba, saya nggak berpengalaman. Dari tayangan televisi saya tahu kalau penderita ketergantungan obat tidak bisa begitu saja menerima nasihat tanpa tindakan nyata (dipaksa dibawa ke panti rehabilitasi, misalnya).
Pagi tadi, sebelum ke kantor, saya mampir ke rumahnya di Depok. Benar saja, dari tampangnya saja kelihatan, dia itu pemakai drugs. Mata agak berat, seperti ngantuk, ngomong pun seperti mengambang. Begitu pula nasihat, saya coba sebisa-bisanya, diterimanya pun dengan mengambang pula. Antara ya dan tidak.
Ternyata, sumber penyakitnya ada di sekitar rumah. Menurut tante, di sekitar kompleksnya banyak pemakai (drugs), bahkan pengedar. Si A itu, suka ngumpul-ngumpul di sana. Apalagi setelah diputus ceweknya, dia makin depresi. Dan pelariannya, ya drugs.
Terus terang, saya tak dapat banyak membantu, kecuali nasihat. Saya arahkan dia sering-sering mendatangi tantenya, orang terkenal (seorang ibu yang sukses membawa anaknya dan keponakannya pada kesembuhan dari ketergantungan obat), dan sering-sering bergaul di sana. Karena yang saya tahu, komunitas di sana sudah dinyatakan bebas dari obat-obatan terlarang. Kalau perlu, minta pekerjaan pada tante itu. (dia sekarang sudah bekerja sebagai sopir PLN dengan status kontrak).
Saya juga bilang pada dia, niat sembuh harus timbul dari diri sendiri. Saya hanya bisa menunjukkan jalan. Yang mengupayakan sembuh, dirinya sendiri. Tanpa itu semua, segala nasihat biar pun datang dari ibunya sendiri, bahkan 24 jam sehari, akan percuma saja.
Apakah dia berhasil? Wallahu alam. Hanya Allah lah yang tahu.
Pagi tadi, sebelum ke kantor, saya mampir ke rumahnya di Depok. Benar saja, dari tampangnya saja kelihatan, dia itu pemakai drugs. Mata agak berat, seperti ngantuk, ngomong pun seperti mengambang. Begitu pula nasihat, saya coba sebisa-bisanya, diterimanya pun dengan mengambang pula. Antara ya dan tidak.
Ternyata, sumber penyakitnya ada di sekitar rumah. Menurut tante, di sekitar kompleksnya banyak pemakai (drugs), bahkan pengedar. Si A itu, suka ngumpul-ngumpul di sana. Apalagi setelah diputus ceweknya, dia makin depresi. Dan pelariannya, ya drugs.
Terus terang, saya tak dapat banyak membantu, kecuali nasihat. Saya arahkan dia sering-sering mendatangi tantenya, orang terkenal (seorang ibu yang sukses membawa anaknya dan keponakannya pada kesembuhan dari ketergantungan obat), dan sering-sering bergaul di sana. Karena yang saya tahu, komunitas di sana sudah dinyatakan bebas dari obat-obatan terlarang. Kalau perlu, minta pekerjaan pada tante itu. (dia sekarang sudah bekerja sebagai sopir PLN dengan status kontrak).
Saya juga bilang pada dia, niat sembuh harus timbul dari diri sendiri. Saya hanya bisa menunjukkan jalan. Yang mengupayakan sembuh, dirinya sendiri. Tanpa itu semua, segala nasihat biar pun datang dari ibunya sendiri, bahkan 24 jam sehari, akan percuma saja.
Apakah dia berhasil? Wallahu alam. Hanya Allah lah yang tahu.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home