Wednesday, November 24, 2004

Mudik

Lebaran ikut arus mudik, bermacet-macet di jalan seperti orang-orang kebanyakan? Nggak lah yaw. Tapi, berhubung ortu tinggal di Bandung, kami harus berangkat ke Bandung, untuk bersilaturahim. Kebetulan, Aa (abang) mengajak kami pulang bareng pakai mobilnya.

Alhamdulillah, di hari kedua lebaran, suasana jalan Jakarta-Bandung lewat Tol Cikampek-Purwakarta, tak semacet yang dibayangkan. Mungkin karena arus mudik sudah lewat, jalanan lengang, ngang. Hanya di kota Purwakarta, jalanan macet karena "bertabrakan" dengan aktivitas kota itu. Setelah itu, lancar lagi. Sekitar 6 jam-an, sampailah kami di Majalaya, 27 kilometer tenggara Kota Bandung.

(Di daerah Purwakarta-Padalarang, kami menjumpai proyek pembangunan jalan tol Cikampek-Padalarang. Banyak persimpangan (jembatan layang maupun terowongan) jalan tol itu dengan jalan reguler. Akhirnya, jadi juga pembangunan penghubung Kota Jakarta-Bandung dengan jalan tol yang akan kelar 2005 itu. Kalau sekarang saja dari Jakarta ke Bandung lewat Tol Cikampek bisa memakan waktu 3,5 jam (lalulintas normal), setelah semuanya jadi jalan bebas hambatan --Cawang-Cikampek-Padalarang-Bandung-- waktu tempuh tentu jauh lebih singkat lagi).

Kembali lagi ke soal mudik. Lagi-lagi, kenapa harus mudik, padahal teknologi komunikasi sudah sedemikian maju? Setiap saat kita bisa bersilaturahim dengan orangtua lewat telepon atau ponsel. Atau cukup berkirim doa?

Menurutku, sepanjang tidak memaksakan diri (juga tidak memaksakan keadaan), mudik untuk bersilaturahim dengan handai taulan, sah-sah saja dilakukan. Apalagi saya terbilang jarang (sekali) pulang ke Bandung --yang jaraknya hanya 180-an km-- persisnya hanya setahun sekali. :">

0 Comments:

Post a Comment

<< Home