Petasan
Alhamdulillah, di bulan Ramadhan 1425H ini hampir tak kedengaran ledakan petasan/mercon yang sering mengagetkan orang. Ramadhan tahun-tahun lalu, saat mengendarai motor, saya sering dikagetkan ledakan petasan yang tiba-tiba. Petasan itu sengaja dilempar ketika orang lewat. Tujuannya, ya itu. Hanya untuk mengagetkan. Lucu sih, bagi pelaku (saya juga pernah kecil, dan dulu suka jail juga :P). Tapi, menyebalkan bagi korban. Bahkan, beberapa tahun lalu, saya dan keluarga pernah dilempar petasan besar dari kereta yang berjalan di Stasiun Tebet. Tak jarang, bukan hanya menimbulkan kemarahan, bahkan perkelahian gara-gara petasan. Belum lagi korban, bahkan korban jiwa, bagi para pembuat atau penyulut petasan. Dulu, pernah kejadian. Seorang pemuda menyulut petasan dengan rokok yang diisapnya. Begitu petasan tersulut, yang dia lempar malah rokok, petasan malah diisap. Terang saja mulut dan mukanya jadi korban ledakan.
Kayaknya, aparat keamanan sekarang semakin ketat mengawasi pembuatan, peredaran dan pemakaian petasan ini. Pabrik petasan (industri rumahan) yang banyak terdapat di kawasan Parung, Bogor ini, sering dirazia. Tak lama kemudian ketika pengawasan melonggar, muncul lagi. Entah resep apa yang diterapkan sekarang, sampai perdagangan petasan nyaris tak kelihatan.:D
Sebagai gantinya, di pemuda kampung di tempat saya, menyulut "senjata peninggalan nenek moyang": meriam bambu alias lodong. Lodong ini terbuat dari batangan bambu yang besar dan tebal sepanjang satu meter. Di bagian bawah, tertutup oleh buku bambu. Pada bagian atas dilubangi sedikit, untuk memasukkan karbit sekaligus menyulutnya. Karbit (yang lazim dipakai tukang las) kalau dicampur air akan mendidih dengan sendirinya. Jika terkena api, langsung bereaksi. Karena karbit dibuat mendidih dalam batang bambu lodong ini, ditambah tekanan tinggi setelah lubang udara bambu itu ditutup, ledakan yang terjadi cukup dahsyat. Seperti ledakan tertahan yang bergema. Meski tetap beresiko, setidaknya lodong tak membuat orang jantungan seperti petasan.
Kayaknya, aparat keamanan sekarang semakin ketat mengawasi pembuatan, peredaran dan pemakaian petasan ini. Pabrik petasan (industri rumahan) yang banyak terdapat di kawasan Parung, Bogor ini, sering dirazia. Tak lama kemudian ketika pengawasan melonggar, muncul lagi. Entah resep apa yang diterapkan sekarang, sampai perdagangan petasan nyaris tak kelihatan.:D
Sebagai gantinya, di pemuda kampung di tempat saya, menyulut "senjata peninggalan nenek moyang": meriam bambu alias lodong. Lodong ini terbuat dari batangan bambu yang besar dan tebal sepanjang satu meter. Di bagian bawah, tertutup oleh buku bambu. Pada bagian atas dilubangi sedikit, untuk memasukkan karbit sekaligus menyulutnya. Karbit (yang lazim dipakai tukang las) kalau dicampur air akan mendidih dengan sendirinya. Jika terkena api, langsung bereaksi. Karena karbit dibuat mendidih dalam batang bambu lodong ini, ditambah tekanan tinggi setelah lubang udara bambu itu ditutup, ledakan yang terjadi cukup dahsyat. Seperti ledakan tertahan yang bergema. Meski tetap beresiko, setidaknya lodong tak membuat orang jantungan seperti petasan.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home