Friday, January 28, 2005

Ketegasan Weyers

Seandainya Howard Weyers (71) membuka usaha di Indonesia, tentu ia bakal kesulitan cari karyawan. Pasalnya, bos perusahaan pengklaim asuransi di Michigan, Amerika Serikat itu memberlakukan aturan keras (untuk ukuran Indonesia): berhenti merokok atau dipecat dari kantornya. Berapa banyak sih, karyawan di Indonesia yang benar-benar tidak merokok?

Di kantor saya saja, sebuah perusahaan penerbitan pers, suara non-perokok kalah jauh dibanding perokok. Para non-perokok di kantorku dipaksa untuk "berbesar hati" mengisap asap rokok, akibat kuatnya pengaruh para karyawan yang biasa mengepulkan asap beracun dari nikotin dan tar rokok itu. Kalau tidak setuju, silakan angkat kaki sendiri. Jadi, di sini malah berlaku: mengisap asap rokok atau berhenti bekerja.

Nah, akibat pemberlakuan larangan merokok --di tempat kerja maupun di rumah masing-masing!-- di kantor Weyers itu, empat pegawainya di kantor cabang Okemos, Weyco Inc, pekan lalu, mundur .

Pasalnya, mereka menolak tes urine, sebagaimana diwajibkan pendiri dan satu-satunya pemilik perusahaan itu. Weyers, kepada 200 pegawai Weyco Inc, menuntut tes air kemih --yang menurutnya sudah benar-benar sesuai hukum.

"Jika anda tidak mau ikut tes urine, silakan tinggalkan kantor," tegas Weyers, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters. "Saya tidak mengendalikan kehidupan mereka. Mereka punya pilihan, apakah mereka ingin bekerja di sini atau tidak".

Barisan berikutnya yang akan dipecat adalah para pegawai yang kelebihan berat badan. "Kita harus mempengaruhi kebiasaan makan dan membuat orang-orang mau berolahraga. Namun jika anda gemuk sekali, secara hukum anda dilindungi," kata Weyers.

Dia mengajak terapis bagi pegawainya yang mengalami gangguan makan untuk berbicara dengan mereka, menyiapkan aturan-aturan makan, menciptakan sistem poin bagi para pegawai untuk memperoleh bonus yang berhubungan dengan kesehatan sebesar 100 dolar AS dan rencana untuk menawarkan voucher senilai 45 dolar AS untuk menjadi anggota klub kesehatan.

Weyers yang berusia 71 tahun itu, mengaku tidak pernah merokok. Ia kini dalam kondisi sehat wal afiat berkat olahraga lari setiap hari. Menurutnya, kesehatan para pegawainya sama dengan menabung uang pada perusahaan klaim asuransinya sendiri. Keyakinannya itu membuatnya sebagai orang pertama yang melarang perekrutan para perokok pegawai pada tahun 2003.

Tahun lalu, dia melarang kegiatan merokok sepanjang jam kerja, kemudian mendesak para pegawainya yang merokok membayar "penilaian bulanan" sebesar 50 dolar AS. Hingga akhirnya dia mewajibkan 200 karyawannya melakukan pemeriksaan urine.

Akhirnya, sebanyak 20 pegawainya rela berubah tabiat menghilangkan kebiasaan buruk mereka, merokok.

Weyers juga memberitahu kliennya agar menghentikan rengekan mereka menyoal biaya pemeliharaan kesehatan dan "akan membuat sejumlah pengharapan; menuntut sejumlah hal".

Ahli di bidang penempatan pegawai, John Challenger menilai, tindakan perusahaan Weyco itu akan jadi contoh bagi perusahaan-perusahaan yang lebih besar.

"Tentu, hal itu akan menimbulkan masalah-masalah pembatasan yang menarik; meningkatkan biaya pemeliharaan kesehatan dan keengganan merokok masyarakat, berhadapan dengan hak individu serta kebebasan hak asasi masing-masing orang," kata Challenger.

Sejauh ini, belum terdengar gugatan hukum dilayangkan terhadap kebijakan-kebijakan Weyco tersebut. Salut buat Weyers! [Ant]

1 Comments:

Blogger devishanty said...

wets.. harusnya ada banyak yg seperti itu!

pakabar nih.. gi sibuk ngapain om?

12:04 AM  

Post a Comment

<< Home