Thursday, February 24, 2005

Berpelukan...

Kita sering dengar kata "berpelukan" ini di serial Teletubbies --sebuah program acara dari Inggris untuk anak-anak. Keempat teletubbies --Tinky Winky, Dipsy, La la dan Po-- yang lucu itu menyelesaikan setiap masalah dengan damai: berpelukan.

Berpelukan adalah ungkapan perasaan sayang kita pada seseorang. Ibu pada anaknya, anak pada ibu-ayahnya, ibu pada ayah alias istri pada suaminya. Kalo terhadap pacar? :P

***
Belakangan ini, kita dikejutkan oleh peristiwa penyanderaan dua wartawan Metro TV; Meutya Hafid dan Budiyanto. Tapi, kita juga bersyukur, setelah tujuh hari di tangan penyandera gerilyawan Irak, keduanya dibebaskan sebagai sesama-muslim (karena masing-masing dibekali Al Qur'an oleh penyandera).

Kabar gembira itu cepat tersiar ke Tanah Air, karena rekaman kaset pernyataan pembebasan oleh Faksi Mujahidin Irak itu ditayangkan ke seluruh dunia, termasuk ke stasiun Metro TV di Delta Kedoya Kebon Jeruk Jakarta Barat, tempat kedua jurnalis itu berkarya.

Tampak jelas, kamera Metro TV menyorot "dapur"-nya sendiri. Para kru stasiun TV di bawah Media Group itu spontan menyatakan kegembiraannya dengan berpelukan satu sama lain. Demikian pula Pemimpin Redaksi Don Bosco Selamun, yang memeluk satu per satu anak buahnya, laki-laki maupun perempuan.

Kegembiraan serupa tampak pula di Amman, Yordania, tempat Meutya dan Budi disambut Pemimpin Media Group Surya Paloh dan jajarannya. Pak Surya memeluk kedua anak buahnya itu satu per satu sebagai ungkapan kegembiraan tiada tara.

Seorang teman saya yang menyaksikan adegan itu lewat tayangan Metro TV, sempat nyeletuk; "kok lamaan meluk Meutya ketimbang Budiyanto?"

***
Mantan Ketua MPR Amien Rais, yang memimpin doa syukur para karyawan Metro TV menyatakan terima kasihnya pada semua pihak yang telah membantu pembebasan kedua sandera ini, termasuk pada gerilyawan Mujahidin sendiri sebagai penculik, yang kata Amien, "telah memperlakukan Mbak Meutya dan Mas Budiyanto dengan sangat baik."

Apakah yang dimaksud Pak Amien, termasuk juga saat penculik (pria bertutup muka) membacakan pernyataan pembebasan sambil merangkul bahu Budiyanto dengan penuh persahabatan?

Atau saat penculik lainnya (pria berkacamata dan juga bertutup muka) menghadiahi mushaf Al Qur'an kepada keduanya, sambil menyalami Budiyanto dan tidak menyalami Meutya (mungkin karena dia perempuan) --sebagai gantinya, memberi tabik tanda hormat? Wallahualam.

(maaf-maaf kalo salah kate, terutama pada kawan-kawan Metro TV)

1 Comments:

Blogger L. Pralangga said...

Lega bener mendengar telah di bebaskannya kedua rekan kita di Irak, Pengalaman kekhawatiran serupa juga pernah saya alami dikala bertugas di Baghdad, tahun 2003 lalu dikala bergabung dengan misi pemeriksaan senjata PBB di Irak (UNMOVIC), dan profesi seperti wartawan/journalist
dan staff internasional badan atau agency kemanusiaan yang kebetulan di tempatkan di daerah konflik
seperti di Irak dan dibelahan dunia lainya amatlah rentan terhadap sereangan, ancaman dan abuse,baik yang datang langsung ataupun tidak langsung... dan disadari atau tidak itu adalah sudah menjadi resiko pekerjaan
(occupational hazard) yang sudah harus dimaklumi saat menerima tawaran tugas/dinas tersebut.

Namun demikian, saya berharap kedepan ini, akan lebih banyak (lagi) putra-putri Indonesia yang berkecimpung dalam perhelatan karir global, dan tidak patah semangat dalam menghadapi tantangan (serta resiko & ancaman),
yang secara global dapat mengangkat nama bangsa dalam percaturan global.

Saat ini, misi perdamaian PBB di Liberia dan Misi kemanusiaan PBB di Sudan sudah dimulai dan
membutuhkan banyak personnel yang qualified untuk dapat menunjang operasionalnya, dan secara pribadi
saya melihat kurangnya kehadiran putra-putri Indonesia disana untuk bekerja dan berkarir dibadan dunia tersebut.

Ada yang berminat?, anyhow..salam hangat dari Liberia - West Africa! ;-)

7:27 PM  

Post a Comment

<< Home