Kuba Saja Haramkan Rokok
Kebayang nggak, Kuba, negeri biangnya para perokok, memberlakukan larangan di tempat umum? Pelopornya tak lain, presidennya sendiri, Fidel Castro, mantan pengisap cerutu "Cohiba", yang menghentikan kebiasaan tercelanya dua dekade lalu dengan alasan kesehatan.
Negeri surganya para pencinta cerutu itu, Selasa, dengan keras melarang orang-orang merokok di fasilitas umum, seperti ruangan ber-AC, rumah sakit, pusat kegiatan olahraga, perkantoran, sekolah, tempat cukur rambut, pertokoan. Malah, kios penjual rokok dilarang menjajakan dagangannya dalam radius 100 meter dari sekolah.
Peraturan ini merupakan buah perjuangan kelompok sadar lingkungan di negara penghasil tembakau kelas satu dunia itu --yang lebih separuh orang dewasanya mengisap racun rokok.
Semua ini tiada lain, dalam rangka program peningkatan kesehatan masyarakat, yang dicanangkan Presiden Castro.
Sebelumnya, warga Kuba membandel --seperti halnya di Indonesia: merokok seenaknya di mana saja, di hadapan siapa saja. Padahal, larangan merokok, sudah terpasang di mana-mana. Mesin penjual rokok juga sudah lama dilarang di sana.
Di kedai minum "Floridita" --yang sering dikunjungi sastrawan Amerika Ernest Hemingway selama di Havana-- sejumlah wisatawan Rusia sibuk mengepulkan asap rokok sambil menikmati minuman beralkohol. "Mungkin besok orang-orang itu terpaksa menghentikan kesenangan menikmati minum sambil merokok," ujar seorang penjaga kedai itu.
Di Hotel Nacional Havana --tempat Presiden Winston Churchill dan Hemingway melakukan lomba merokok cerutu paling banyak seusai makan malam pada tahun 1946-- tempat abu rokok sudah lenyap dari lobi.
Para tamu sudah diberitahu agar duduk di beranda hotel jika ingin menikmati cerutu nomor satu di dunia, "Habano", dengan minuman koktail "Mojito".
Di rumah makan masakan Cina --yang terkenal dengan nasi gorengnya-- tanda larangan tidak merokok telah terpasang selama lima tahun terakhir. Namun tidak menghalangi para pengunjung mengepulkan asap putih rokok dan cerutu mereka.
"Selama ini kami berpura-pura tidak melihat, namun sekarang kami bersikap lebih tegas," kata pramusaji Yaily.
Lebih dari separung orang Kuba adalah perokok. Kanker paru-paru adalah penyebab kematian terbesar di negara berpenduduk 11 juta orang itu.
Banyak warga Kuba yang bersikap skeptis terhadap peraturan melarang merokok di tempat umum.
Sejarah dunia Barat yang pertama mengenal dan menjadi kecanduan terhadap rokok dimulai di Kuba, saat Christpher Columbus membawa daun tembakau ke Amerika utara pada tahun 1402.
Para awak kapal Columbus bertemu dengan penduduk suku asli menikmati hisapan daun beraroma yang digulung. Kebiasaan itu langsung ditiru bangsa Eropa.
Generasi muda Kuba, yang memiliki kebiasaan merokok lebih rendah dari pendahulunya, menyambut baik peraturan tersebut.
"Saya mendukung sepenuhnya, saya bukan perokok dan karenanya saya tidak mengerti mengapa seseorang menjadi perokok yang membahayakan kesehatan orang lain," kata Saydinys Barrera, seorang mahasiswa jurusan seni, sebagaimana dilansir Antara.
Negeri surganya para pencinta cerutu itu, Selasa, dengan keras melarang orang-orang merokok di fasilitas umum, seperti ruangan ber-AC, rumah sakit, pusat kegiatan olahraga, perkantoran, sekolah, tempat cukur rambut, pertokoan. Malah, kios penjual rokok dilarang menjajakan dagangannya dalam radius 100 meter dari sekolah.
Peraturan ini merupakan buah perjuangan kelompok sadar lingkungan di negara penghasil tembakau kelas satu dunia itu --yang lebih separuh orang dewasanya mengisap racun rokok.
Semua ini tiada lain, dalam rangka program peningkatan kesehatan masyarakat, yang dicanangkan Presiden Castro.
Sebelumnya, warga Kuba membandel --seperti halnya di Indonesia: merokok seenaknya di mana saja, di hadapan siapa saja. Padahal, larangan merokok, sudah terpasang di mana-mana. Mesin penjual rokok juga sudah lama dilarang di sana.
Di kedai minum "Floridita" --yang sering dikunjungi sastrawan Amerika Ernest Hemingway selama di Havana-- sejumlah wisatawan Rusia sibuk mengepulkan asap rokok sambil menikmati minuman beralkohol. "Mungkin besok orang-orang itu terpaksa menghentikan kesenangan menikmati minum sambil merokok," ujar seorang penjaga kedai itu.
Di Hotel Nacional Havana --tempat Presiden Winston Churchill dan Hemingway melakukan lomba merokok cerutu paling banyak seusai makan malam pada tahun 1946-- tempat abu rokok sudah lenyap dari lobi.
Para tamu sudah diberitahu agar duduk di beranda hotel jika ingin menikmati cerutu nomor satu di dunia, "Habano", dengan minuman koktail "Mojito".
Di rumah makan masakan Cina --yang terkenal dengan nasi gorengnya-- tanda larangan tidak merokok telah terpasang selama lima tahun terakhir. Namun tidak menghalangi para pengunjung mengepulkan asap putih rokok dan cerutu mereka.
"Selama ini kami berpura-pura tidak melihat, namun sekarang kami bersikap lebih tegas," kata pramusaji Yaily.
Lebih dari separung orang Kuba adalah perokok. Kanker paru-paru adalah penyebab kematian terbesar di negara berpenduduk 11 juta orang itu.
Banyak warga Kuba yang bersikap skeptis terhadap peraturan melarang merokok di tempat umum.
Sejarah dunia Barat yang pertama mengenal dan menjadi kecanduan terhadap rokok dimulai di Kuba, saat Christpher Columbus membawa daun tembakau ke Amerika utara pada tahun 1402.
Para awak kapal Columbus bertemu dengan penduduk suku asli menikmati hisapan daun beraroma yang digulung. Kebiasaan itu langsung ditiru bangsa Eropa.
Generasi muda Kuba, yang memiliki kebiasaan merokok lebih rendah dari pendahulunya, menyambut baik peraturan tersebut.
"Saya mendukung sepenuhnya, saya bukan perokok dan karenanya saya tidak mengerti mengapa seseorang menjadi perokok yang membahayakan kesehatan orang lain," kata Saydinys Barrera, seorang mahasiswa jurusan seni, sebagaimana dilansir Antara.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home