Monday, April 25, 2016

Mengenal Suzuki Shogun

Sejarah motor underbone, cub, atau populer di Indonesia dengan sebutan "motor bebek" Suzuki Shogun, lumayan panjang. Nama Shogun mulai digunakan PT Indomobil Niaga International (IMNI) untuk bebek 4-tak pertamanya sejak 1995.

Shogun (bahasa Jepang, yang berarti "Jenderal") adalah sepeda motor yang paling lama umurnya dibanding tipe motor Suzuki lainnya, karena masih dijual dan diproduksi hingga sekarang. Shogun juga merupakan motor bebek fenomenal karena merupakan sepeda motor bebek 4-tak tercepat di zamannya ketika itu. Dalam perkembangannya, beberapa langkah yang diambil produsen ini sempat membingungkan pasar, yang pada ujungnya menurunkan angka penjualan.

Saat Suzuki Shogun 110 sedang populer, IMNI secara tiba-tiba menghentikan produksinya. Nama itu kemudian digunakan untuk Suzuki Shogun versi 125cc atau Shogun 125. Peningkatan kubikasi mesin ini terjadi pada awal 2004. Kemungkinan Suzuki ingin "menghajar" Honda Karisma (125cc), yang saat itu menjadi pemain tunggal.

IMNI selalu punya jurus tersendiri dalam memperkenalkan produk ini, lewat kegiatan Suzuki Jelajah Negeri. Ajang ini merupakan pembuktian ketangguhan Suzuki Shogun. “Ini membuktikan ketangguhan Shogun serta keunggulan lainnya,” ujar Subronto Laras, Presiden Direktur PT Indomobil Suzuki International saat itu, pada akhir perjalanan SJN III, yang menempuh jarak 20.000 km.



Shogun generasi pertama, yang mulai diproduksi pada 1995, dengan bodi dan rangka memakai kepunyaan Tornado, motor bebek 2 tak Suzuki. Keluar pertama kali dengan rem depan tromol/drum, dan setelah beberapa lama muncul Shogun R dengan rem depan cakram. Shogun 110 tipe pertama adalah pelopor uji ketahanan mesin dengan rekor MURI 24 jam nonstop dan Shogun sukses dalam Suzuki Jelajah Negeri 1 pada 1996.


Shogun generasi kedua diperkenalkan pada 2000 dengan label New Shogun 110. Tampil dengan bodi ramping tetapi mesin bertenaga. Pada tahun inilah Shogun mengalami masa keemasan dari segi penjualan, dan digelari "Rajanya Bebek 4 Tak". Saat itu Suzuki hampir mendahului kompetitornya yang berlogo sayap, yang selalu bertengger di posisi puncak. Bahkan di sebagian wilayah Jawa Timur, penjualan Shogun mampu melebihi pabrikan tetangga itu. Untuk wilayah Jember, Shogun mendapatkan gelar The Best share atau penjualan terbaik.


Shogun generasi ketiga diluncurkan pada 2004, dengan kapasitas mesin ditingkatkan menjadi 125cc, dengan nama Shogun 125. Untuk kelas 110cc, Suzuki meluncurkan Smash. Shogun 125 dilengkapi dengan berbagai fitur, seperti kunci kontak magnet dan bagasi ekstra luas.


Tidak lama kemudian, pada 2005 Suzuki mengeluarkan Shogun Sport Production (SP), dengan velg CW (casting wheel/racing), rem cakram depan lebih lebar, plus rem cakram di bagian belakang. Shogun SP juga dibekali kopling manual, untuk menambah akselerasi awal bagi konsumen yang senang tarik-tarikan. Shogun 125 juga telah diujicobakan dalam Suzuki Jelajah Negeri 2 dan Uji ketahanan 48 Jam nonstop.


Pada 2007, Shogun generasi keempat lahir. Kali ini, sektor mesin juga turut dibenahi. Mesin Shogun 2007 dilengkapi engine balancer (penyeimbang anti-getar), yang menjadikan Shogun bebas getar. Penyempurnaan lainnya, di sektor karburator dilengkapi sensor. Inovasi lainnya adalah lampu belakang New Shogun 125 memakai LED (Foto: balancer yang diaplikasikan pada mesin Shogun).


Pada 2011, Shogun generasi kelima lahir, diberi nama Shogun Axelo. Shogun Axelo juga telah melewati ujian berat dalam Uji ketahanan 100 jam nonstop di sirkuit Balipat, Binuang, Kalimantan Selatan.


Edisi setelah itu, Suzuki menerapkan strategi warna, yaitu hampir semua produknya bisa memilih Night Rider color, yang didominasi dengan warna hitam. Dominasi warna hitam akan memberikan kesan power. Disamping itu juga memberikan kesan thin/slim. Mungkin tujuan dari Night Rider (NR) hanya untuk memberi ekslusifitas kepada pengendaranya.


Turunan teranyar dari Sang Jenderal adalah New Shogun 125 Hyper Injection FI. Tipe baru ini memiliki performa yang lebih sempurna dibanding dengan produk lain, karena distribusi bahan bakar lebih baik, dengan campuran udara dan bahan bakar yang disuplai dengan jumlah yang sesuai ke silinder. Putaran stationer lebih lembut karena campuran bahan bakar dan udara yang kurus tidak menjadikan putaran mesin kasar. Bahan bakar menjadi irit, karena efisiensi tinggi. Selain itu, juga menghasilan emisi gas buang rendah.


Demikianlah sejarah Suzuki Shogun, motor berkualitas namun  "kurang mendapat sambutan dari pasar".  :)

Sumber: berbagai sumber (googling)

Labels: , , , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home