Friday, April 28, 2017

Mengetes Toyota Calya di Jawa Tengah

Ini sebenarnya laporan perjalananku akhir tahun lalu, yang diaplod di CARS Plus/GATRAnews, dan sekarang dihadirkan di blog ini. Selamat mengikuti. :) 

Menyusuri 'Jantungnya Jawa' dengan Toyota Calya







GATRA - Saturday, 17 September 2016 13:54

Semarang, GATRAnews - Toyota Calya dinobatkan sebagai mobil Toyota terlaris di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016 di BSD City, bulan lalu, dengan angka penjualan 2.225 unit. Apa sih yang membuat publik begitu antusias memilih MPV 7 penumpang itu sebagai mobil keluarga? Apakah hanya karena harganya yang murah (karena berkategori LCGC)?

Pucuk dicinta ulam tiba. Cars Plus mendapat undangan dari PT Toyota-Astra Motor (TAM) untuk menguji "mobil sempurna" (calya = sempurna, bahasa Sansakerta) ini, dari Semarang ke Solo di Jawa Tengah, pertengahan pekan ini.

Subuh, 14 September 2016, dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Tangerang, Cars Plus bersama belasan wartawan online dari Jakarta lainnya berangkat menuju Semarang dengan penerbangan pertama. Tiba di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, setelah dibuka oleh Manajer Humas TAM Rouli Sijabat, acara bertajuk "All New Calya a Wonderful Journey" pun dimulai. Kami, dengan menumpang Toyota Hiace Commuter, menuju destinasi pertama; Valle Pizza E Resto, yang berada di atas bukit yang memungkinkan pengunjung bisa melayangkan pandangan ke seluruh Kota Semarang.

Pagi yang cerah, di halaman resto sudah terparkir lima unit Calya yang masih gres, berpelat nomor putih Semarang (H). Kelima unit test drive tersebut terdiri dari dua unit bertransmisi manual (M/T) dan tiga lainnya matik (A/T), semuanya tipe G atau kasta tertinggi. Calya bertampang "keen look" seperti anggota keluarga Toyota yang lain, dengan ciri khas lampu depan hexagonal bersudut tajam. Kami -yang dibagi-bagi dalam kelompok yang terdiri dari empat jurnalis- mendapat giliran menguji Calya G A/T.

Setelah sarapan dan konferensi pers dengan Executive General Manager Area Management PT TAM Anton Jimmi Suwandy dan Marketing Director Nasmoco Group Diler Toyota Jateng dan DIY Hartono Dinata, kami pun menggunakan unit test drive masing-masing bertolak menuju Mal Paragon di pusat Kota Semarang, untuk mengikuti acara "Media Gathering Let's Go Beyond Central Java".

Memasuki Calya merah ferrari yang tampak sedikit lebih pendek dari "kakaknya", All New Avanza, ternyata tak sesulit yang diduga. Kabinnya cukup lega, posisi duduk cukup nyaman untuk mobil sekelas LCGC, dengan visibilitas yang baik. Semua fitur di dasbor masih dalam jangkauan, dan hadirnya sandaran tangan (arm rest) pada kursi depan, membuat nyaman pengemudi, terutama saat melakukan perjalan jauh.

Tuas rem tangan yang diletakkan di bawah sandaran tangan berbentuk melebar seperti tuas di pesawat terbang. Mudah dioperasikan dan ergonomis. Tuas transmisi di dasbor membuat ruang kaki kabin pengemudi sangat lapang.

Kami menyusuri kota Semarang yang ramai lancar. Dengan transmisi otomatis 4 percepatan pada posisi D4, Calya nyaman dikendarai, terutama saat stop and go di lampu merah. Tiba di Mal Paragon di Jalan Pemuda Semarang, kami diarahkan ke parkiran basement (B2). Kemudi yang dilengkapi electronic power steering (EPS) dipadu radius putar yang kecil (4,3 m, dengan wheelbase 2.525 mm), memudahkan kami bermanuver di parkiran basement dan juga parkir di tempat yang sempit atau pas-pasan.

Dari Mal Paragon, kami menuju Restoran KoenoKoeni di Jalan Tabanan untuk makan siang, sekaligus memulai test drive menuju Kota Solo -yang dijuluki "The Hearth of Java" (jantungnya Jawa) sejauh 109 kilometer. Cuaca siang yang cukup terik tak terasa di dalam kabin Calya, kendati duduk di baris kedua. Calya tak mengadopsi AC double blower di plafon (untuk menekan ongkos produksi), melainkan pakai air circulator alias kipas angin yang mengalirkan udara sejuk dari depan ke belakang. Air circulator ini diklaim pertama di Indonesia untuk mobil jenis MPV.

Setelah makan siang, mendengarkan penjelasan teknis dan product knowledge Toyota Calya, kami bersiap-siap melakukan perjalanan antar-kota menuju Solo, melewati Tol Bawen. Barang-barang kami, berupa tas-tas besar dimasukkan ke dalam bagasi dengan kursi baris ketiga dilipat. Dalam keadaan kursi baris ketiga terlipat, Calya memiliki bagasi yang terbilang besar di kelasnya; 503 liter!

Di siang yang cerah itu kami, lima unit Calya yang ditumpangi wartawan media online dari Jakarta plus wartawan dari Jawa Tengah, diiringi panitia dan tim pendukung menggunakan All New Kijang Innova dan All New Avanza, meluncur menuju pintu Tol Bawen. Kami terlibat dalam kemacetan lalu lintas dan antrian panjang, saat memasuki pintu Tol Bawen. Rupanya ada kegiatan perbaikan jalan. Jalanan macet dan jalur menanjak (seperti di Puncak, Bogor) dilalui dengan mudah berkat transmisi matik 4 percepatan, yang tak mengharuskan pengemudi menginjak kopling.

Namun ada sedikit masalah dengan pedal gas, yang ternyata harus diinjak lebih dalam saat di tanjakan maupun mengejar anggota rombongan yang lain, untuk menghasilkan akselerasi yang diinginkan. Menurut anggota tim teknis TAM, itu karena Calya sudah mengadopsi drive by wire dan mobil ini didesain untuk mobil keluarga, sehingga pedal akselerasi perlu diinjak lebih dalam untuk gaya mengemudi yang agresif.

Dengan teknik mengemudi kick down dipadu kombinasi gigi D4, 3 dan 2, dengan timing yang tepat, Calya bisa diajak berlari di jalan tol yang dipenuhi tanjakan itu. Dengan mesin dual VVT-i 1.2, dengan daya 88 DK/6.000 RPM, dan penggerak roda depan, Calya bisa mencapai 120 kilometer per jam dalam waktu yang tidak terlalu lama, meski bodi terasa sedikit melayang. Namun kecepatan seperti ini tidak disarankan, mengingat Calya tidak didesain untuk kebut-kebutan.

Keluar Tol Bawen kami menuju restoran yang berada di atas bukit; Eling Bening Garden & Resto, Ambarawa. Jalan sempit, menanjak, dan bergelombang, bisa dilalui dengan nyaman berkat suspensi depan yang menganut MacPherson Strut with Coil Spring and Stabilizer dan suspensi belakang Semi Independent Torsion Axle Beam with Coil Spring, dipadu ban radial 175/65R14 sebagai ban standar Calya.

Pemandangan Rawa Pening dan pegunungan dari Kawasan Wisata Eling Bening (GATRAnews/Tian Arief)

Di Eling Bening, yang memiliki pemandangan menakjubkan berupa perpaduan Rawa Pening dan pegunungan itu, setelah melakukan games yang menghibur, berfoto-foto dan minum kopi sore, kami bersiap-siap menuju perhentian selanjutnya melewati jalan non-tol yang ramai lancar.

Menjelang magrib, kami tiba di rest area Elang Sari untuk beristirahat sejenak. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju Hotel Best Western di perbatasan Kota Solo dan Sukoharjo, dan bermalam di sana.

Pagi hari, 15 September 2016. Setelah melakukan tukar kendaraan (dari matik ke manual, atau sebaliknya), kami check-out dari hotel dan berangkat menuju restoran Soto Gading Solo untuk sarapan. Kali ini, Cars Plus giliran membawa Calya G M/T alias bertransmisi manual 5-speed. Berbeda dengan tipe matik, Calya manual ini lebih lincah kala diajak bermanuver di dalam kota yang tak terlalu ramai itu.

Dengan perbandingan gigi akhir 5.077, Calya M/T -yang kebetulan sama-sama berwarna merah ferrari ini- terasa enteng saat diinjak gasnya. Karakternya tak berbeda jauh dibanding "kakak kandungnya", All New Avanza. Hanya saja, posisi tuas persneling di dashboard perlu sedikit penyesuaian, karena Cars Plus sering salah pegang di bagian kosong (antara kursi pengemudi dan penumpang), saat mau mengoper gigi.

Setelah menghabiskan semangkuk soto Gading (Gading merupakan nama daerah di Solo), kami diarahkan menuju Museum Batik Danarhadi di Jalan Brigjen Slamet Riyadi. Di sana kami mendapat penjelasan dari A sampai Z tentang proses pembuatan batik, melihat koleksi berbagai jenis batik dari berbagai masa, sekaligus melakukan praktek membuat batik tulis dengan pola sederhana di atas kain mori seukuran sapu tangan.

"Wonderful Journey" ini berakhir di Omah Sinten, resto khas Solo yang berada di Jalan Diponegoro, di dekat Kraton Mangkunegaran. Setelah makan siang, pengumuman kelompok terbaik, dan pemilihan peserta "yang ter", kami berpisah dengan Calya unit test drive yang sudah menemani kami dua hari ini.

Dengan menumpang Hiace Commuter, kami menuju Bandara Internasional Adi Sumarmo Boyolali untuk mengejar penerbangan sore menuju Jakarta.

Kesan-kesan yang Cars Plus dapat selama dua hari bersama Calya, dibanding kompetitornya, sebut saja Datsun Go+ Panca, yang harganya sedikit di bawah Calya (G A/T 150 juta OTR Jakarta, dan G M/T 138 juta OTR Jakarta), Calya memiliki ruang baris ketiga yang lebih memadai, headrest terpisah di jok tengah dan belakang, punya power outlet (untuk mengecas ponsel) di baris kedua, fitur bluetooth, dual airbags, ABS, jok tengah dengan pengaturan lengkap dan bisa dilipat dengan komposisi 60:40, serta sensor parkir di bumper. Kualitas pengerjaannya pun terbilang baik.

Selanjutnya pilihan terserah anda. Mau mobil LCGC berharga hemat dengan fitur minimalis, atau membayar lebih untuk sebuah kenyamanan dan keamanan maksimal bagi penumpangnya.

Reporter: Tian Arief


Keterangan: Foto-foto Dok PT TAM & Tian Arief

Labels: , , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home