Wednesday, March 09, 2005

Pikirkan Lagi

Ketegangan RI-Malaysia akibat sengketa blok Ambalat --dekat Kaltim-- memicu kemarahan berbagai elemen masyarakat. Slogan "Ganyang Malaysia" --semasa Konfrontasi Malaysia zaman Bung Karno-- kembali membahana. Genderang perang mulai ditabuh. TNI-pun mengerahkan segenap kekuatannya ke sekitar wilayah sengketa, termasuk Presiden Yudhoyono, yang datang langsung ke perbatasan, sebagai peringatan bahwa Indonesia bersungguh-sungguh menyikapi kasus ini.

Saya sih berharap, mudah-mudahan ini semua sekadar wacana, untuk menekan Malaysia ke meja perundingan (dan berharap sekali, kali ini RI memenangkannya). Jangan sampai trauma kekalahan RI dalam soal klaim Pulau Sipadan dan Ligitan terulang kembali. Karena RI, meski paling berhak atas kedua pulau itu, "tak mengurus" pulau itu. Justru Malaysia-lah yang sudah berinvestasi dengan membangun resort di sana.

Masalahnya, kalau konfrontasi alias perang jadi dilakukan, yang terbayang adalah biaya. Ya, perang kan butuh biaya yang tidak sedikit. Negara sekaliber Amerika Serikat saja sampai kebobolan anggarannya gara-gara perang. Apalagi Indonesia, yang keuangannya cekak ini. Bisa-bisa, dana kompensasi BBM yang jumlahnya beberapa trilyun itu habis semuanya buat membiayai perang --yang sebenarnya tak perlu itu.

Karena itu, kepada pemerintah:

Pikirkan lagi soal perang ini. Kalau pun terpaksa dilakukan, ini adalah langkah paling akhir.
Pikirkan lagi soal dampak kenaikan BBM. Sebab tak semua rakyat di luar penerima dana kompensasi BBM, hidup berkecukupan. Seperti para karyawan/pegawai, yang gajinya tidak turut naik. Sementara harga-harga, ongkos transportasi, dan BBM itu sendiri, sudah membumbung.
Pikirkan lagi soal masalah TKI yang belum ada penyelesaiannya. Mereka mau dikemanakan? Apalagi kalau sampai terjadi pemutusan hubungan diplomatik dengan negeri jiran itu, tentu akan semakin menambah ruwet masalah.
Pikirkan lagi soal pemberantasan para koruptor dan kriminal lainnya, termasuk para cukong kayu dari Malaysia (nah, kalo ini boleh diperangi), yang jelas-jelas telah mencuri kekayaan alam kita secara luar biasa. Malah, kemarin diberitakan, 17 cukong kayu Malaysia yang tertangkap di Papua, kabur (atau dikaburkan?). Juga kriminal kasus pengeboman, yang tersangka utamanya juga orang Malaysia, Dr A dan NMT. Tidakkah ada niat untuk menangkap mereka?
Pikirkan lagi... (masih banyak, kalau musti diurai satu per satu).

3 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Betul tuh Mas..
PERANG..kayaknya jangan dijadikan alternatif karena banyak mudharatnya daripada manfaatnya kan?

Lebih baik biaya utk itu dialokasikan utk hal2 lain yg belum beres...

Salam utk Fay dan mb. Efin

Bunda Shafiya
http://keluargazulkarnain.blogspot.com

1:41 PM  
Blogger Zubia and Yusuf's Mom said...

Betul pak Tian, kami tetangganya Tima Martiana (Ina):-D Iya juga pernah cerita tuh tentang pak Tian:-D Ternyata dunia memang sempit ya pak.
salam buat kak Fay dan tante Efin. Maaf belum sempat tulis email lagi.
Ayo pak, kapan-kapan main ke Munich:-D

4:36 PM  
Blogger L. Pralangga said...

Dear Mas Tian,

Should we look deeper and wider, that a global scenario has been plotted from this small spark of potential conflict, there are various parties goingto be benefitted should the drum of war being waged.

However, we should always maintain our competitive ability to maintain and defend our strategic defense. Maythis become a lesson to each of us, especially the regulator of the nation to be alerted. learn a lesson from Liberia.. the people are suffering and a lot of parties are gettingthe benefits out of the conflict. For sure!

My warm regards from this war-torn country in the western coast of Africa.

Cheers,
;-)

3:11 AM  

Post a Comment

<< Home