Nostalgia Taman Mini
WAHAI warga Jakarta dan sekitarnya yang ingin berwisata, bersiaplah! Tanggal 20 April 2005, pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akan menggratiskan tiket masuknya. Kebijakan ini ditempuh dalam rangka memperingati ulang tahun ke-30 taman rekreasi budaya Indonesia itu.
Saya masih inget, saat TMII baru dibuka 20 April 1975, saya dan keluarga berwisata ke sana. Sebagai "orang daerah" (maksudnya luar Jakarta) waktu itu (saat ini juga, ding!), saya yang saat itu masih berusia 7 tahun (yah, seumuran Fay sekarang :) ), begitu terkagum-kagum melihat pesatnya pembangunan Ibukota, termasuk Taman Mini ini.
TMII yang pembangunannya diprakarsai Ibu Tien Soeharto ini (sumber dananya dari mana ya?), masih tampak lengang waktu itu. Selain anjungan-anjungan rumah adat berbagai provinsi dan maket kepulauan Indonesia, tampak hamparan tanah merah --sebagai ciri khas lahan yang baru dibuka.
Waktu itu kami --yang menaiki mobil "si raja jalanan" Colt T-120 lampu besar/"burung hantu" yang masih "gres" kepunyaan tetangga-- terkagum-kagum menyaksikan "robot sampah". Menurut petugasnya, robot (benar Areee! bentuknya mirip robot manusia) ini akan bicara kalau perutnya dimasuki sampah. Tapi, tunggu punya tunggu, meski sampah sudah dijejalkan ke perutnya, robot itu tak kunjung bicara. Huuu, penonton kecewa! Mungkin ini taktik jitu pengelola agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan. :))
Sepertinya belum banyak anjungan, stand atau permainan yang bisa dikunjungi, waktu itu. Tapi itu sudah membuat kami senang. Mengunjungi Jakarta saja, melihat gedung-gedung tinggi di Thamrin (kayaknya waktu itu baru Wisma Nusantara, Hotel Indonesia dan Sarinah!), sudah merupakan hiburan tersendiri bagi orang kampung seperti kami.
Apalagi memasuki gerbang Jakarta berupa Jalan Tol Jagorawi, yang waktu masih mulus, lus, lus, senang luar biasa. Sebelumnya, Bandung-Jakarta ditempuh lewat jalur tradisional Jalan Raya Bogor lewat Puncak, rata-rata sekitar 6 jam (belum ada jalan tol, tapi nggak macet seperti sekarang).
Saya masih inget, saat TMII baru dibuka 20 April 1975, saya dan keluarga berwisata ke sana. Sebagai "orang daerah" (maksudnya luar Jakarta) waktu itu (saat ini juga, ding!), saya yang saat itu masih berusia 7 tahun (yah, seumuran Fay sekarang :) ), begitu terkagum-kagum melihat pesatnya pembangunan Ibukota, termasuk Taman Mini ini.
TMII yang pembangunannya diprakarsai Ibu Tien Soeharto ini (sumber dananya dari mana ya?), masih tampak lengang waktu itu. Selain anjungan-anjungan rumah adat berbagai provinsi dan maket kepulauan Indonesia, tampak hamparan tanah merah --sebagai ciri khas lahan yang baru dibuka.
Waktu itu kami --yang menaiki mobil "si raja jalanan" Colt T-120 lampu besar/"burung hantu" yang masih "gres" kepunyaan tetangga-- terkagum-kagum menyaksikan "robot sampah". Menurut petugasnya, robot (benar Areee! bentuknya mirip robot manusia) ini akan bicara kalau perutnya dimasuki sampah. Tapi, tunggu punya tunggu, meski sampah sudah dijejalkan ke perutnya, robot itu tak kunjung bicara. Huuu, penonton kecewa! Mungkin ini taktik jitu pengelola agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan. :))
Sepertinya belum banyak anjungan, stand atau permainan yang bisa dikunjungi, waktu itu. Tapi itu sudah membuat kami senang. Mengunjungi Jakarta saja, melihat gedung-gedung tinggi di Thamrin (kayaknya waktu itu baru Wisma Nusantara, Hotel Indonesia dan Sarinah!), sudah merupakan hiburan tersendiri bagi orang kampung seperti kami.
Apalagi memasuki gerbang Jakarta berupa Jalan Tol Jagorawi, yang waktu masih mulus, lus, lus, senang luar biasa. Sebelumnya, Bandung-Jakarta ditempuh lewat jalur tradisional Jalan Raya Bogor lewat Puncak, rata-rata sekitar 6 jam (belum ada jalan tol, tapi nggak macet seperti sekarang).
0 Comments:
Post a Comment
<< Home