Tanam Pohon, Yuk!
Tak ada lahan kosong tanpa tanaman, termasuk sepanjang trotoar pinggir jalan. Begitulah kebiasaan yang dimulai di komplekku. Ahad kemarin (17/3), truk milik Pak RT mendrop bibit pohon belimbing setinggi 30-100 cm ke seantero komplek, agar ditanam oleh warga yang tinggalnya paling dekat.
Saya pikir, itu bantuan pemerintah. Ternyata, setelah tanya-tanya, itu bantuan dari Pak RT sendiri. "Jadi, bukan bantuan pemerintah, tapi bantuan pegawai pemerintah," pikirku. Ya, meski Pak RT seorang pegawai negeri sipil, ia punya usaha, antara lain, penyewaan peralatan tata suara (sound system) dan kelompok musik dangdut. Jadilah ia seorang ketua RT yang saudagar.
Maka, tak heran kalau Pak RT menyumbang ratusan pohon untuk menghijaukan komplek perumahan kami yang masih jarang pohon itu. (maklum, developer dulu membuldoser lahan yang berbukit-bukit hingga rata, bukan membiarkan perumahan berdiri di atas bukit).
Ahad pagi itu pun kami langsung bahu membahu menanam pohon, bukan hanya di depan rumah, tapi hingga ke depan rumah-rumah kosong yang banyak terdapat di komplek kami.
***
Upaya penghijauan ini sebenarnya sudah jadi cita-cita saya sejak enam tahun lalu, saat kami baru saja pindah menempati rumah yang sekarang. Waktu itu, pikiran saya simpel saja. Kalau trotoar di sepanjang jalan kami ditanami bibit-bibit pohon rambutan yang bertebaran di lahan belakang, tentu dalam tempo beberapa tahun, pohonnya sudah besar dan buahnya bisa dinikmati.
Saya pun waktu itu mencoba menanam bibit rambutan itu di sepanjang trotoar jalan, dengan harapan seperti itu tadi. Tapi... jangankan setahun dua tahun, baru sehari saja, bibit pohon itu ludes! Daunnya tak berbekas. Saya sedih dibuatnya.
Siapakah biang keladi itu semua? Ternyata sesuatu yang tak saya perhitungkan sebelumnya: rombongan kambing yang banyak berkeliaran!
Terbukti, baru saja bibit pohon belimbing itu ditanam, daunnya sudah dimakan kambing tetangga, yang diikat dengan tali yang sangat panjang. Jadinya, satu pohon --dari enam pohon-- yang saya tanam pun layu. Tapi mudah-mudahan, di musim hujan ini, pohon layu itu cepat bertunas kembali.
O ya, soal Pak RT itu, itulah sebabnya kami memilih (kembali) dia sebagai ketua RT. Warga inginnya dipimpin oleh orang yang mau menyumbang tenaga, ya juga materi. Dasar! :P
Saya pikir, itu bantuan pemerintah. Ternyata, setelah tanya-tanya, itu bantuan dari Pak RT sendiri. "Jadi, bukan bantuan pemerintah, tapi bantuan pegawai pemerintah," pikirku. Ya, meski Pak RT seorang pegawai negeri sipil, ia punya usaha, antara lain, penyewaan peralatan tata suara (sound system) dan kelompok musik dangdut. Jadilah ia seorang ketua RT yang saudagar.
Maka, tak heran kalau Pak RT menyumbang ratusan pohon untuk menghijaukan komplek perumahan kami yang masih jarang pohon itu. (maklum, developer dulu membuldoser lahan yang berbukit-bukit hingga rata, bukan membiarkan perumahan berdiri di atas bukit).
Ahad pagi itu pun kami langsung bahu membahu menanam pohon, bukan hanya di depan rumah, tapi hingga ke depan rumah-rumah kosong yang banyak terdapat di komplek kami.
***
Upaya penghijauan ini sebenarnya sudah jadi cita-cita saya sejak enam tahun lalu, saat kami baru saja pindah menempati rumah yang sekarang. Waktu itu, pikiran saya simpel saja. Kalau trotoar di sepanjang jalan kami ditanami bibit-bibit pohon rambutan yang bertebaran di lahan belakang, tentu dalam tempo beberapa tahun, pohonnya sudah besar dan buahnya bisa dinikmati.
Saya pun waktu itu mencoba menanam bibit rambutan itu di sepanjang trotoar jalan, dengan harapan seperti itu tadi. Tapi... jangankan setahun dua tahun, baru sehari saja, bibit pohon itu ludes! Daunnya tak berbekas. Saya sedih dibuatnya.
Siapakah biang keladi itu semua? Ternyata sesuatu yang tak saya perhitungkan sebelumnya: rombongan kambing yang banyak berkeliaran!
Terbukti, baru saja bibit pohon belimbing itu ditanam, daunnya sudah dimakan kambing tetangga, yang diikat dengan tali yang sangat panjang. Jadinya, satu pohon --dari enam pohon-- yang saya tanam pun layu. Tapi mudah-mudahan, di musim hujan ini, pohon layu itu cepat bertunas kembali.
O ya, soal Pak RT itu, itulah sebabnya kami memilih (kembali) dia sebagai ketua RT. Warga inginnya dipimpin oleh orang yang mau menyumbang tenaga, ya juga materi. Dasar! :P
0 Comments:
Post a Comment
<< Home