Gizi
Gizi (sambungan)
"Mendingan gak makan ketimbang gak merokok," begitulah ungkapan yang sering saya dengar dari perokok.
Terbukti, survei gizi dan kesehatan yang dilakukan oleh Helen Keller Internasional Indonesia bersama Badan Litbang Depkes RI menunjukkan adanya penurunan konsumsi makanan bergizi, seperti telur, susu, dan daging, oleh masyarakat. Sedangkan pengeluaran untuk tembakau (rokok) tidak menurun.
Padahal, pengeluaran untuk rokok bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga miskin, yang sampai saat ini masih disubsidi pemerintah.
Tanpa kita sadari, kelompok miskin paling dirugikan oleh penggunaan tembakau. Karena secara relatif, kontribusinya terhadap cukai lebih besar (9,1 persen dari pengeluaran bulanan) dibanding kelompok kaya (7,5 persen dari pengeluaran bulanan).
Juga pengeluaran untuk tembakau sedikit lebih tinggi daripada kelompok kaya, meski jumlah rata-rata rokok yang diisap lebih sedikit dan harga rokok yang dibeli lebih murah.
Menurut dokter spesialis penyakit jantung RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Agus Subagyo SpJB di Surabaya, Senin (31/5), Hari Tanpa Tembakau Sedunia kurang mendapat perhatian dari para perokok di kota itu. "Mulai dari perokok ringan sampai perokok berat, ternyata kurang menyadari dampak negatif berupa potensi menimbulkan penyakit jantung koroner, sehingga tidak terbatas
pada penyakit paru-paru saja," kata dr. Agus.
Agus bilang, pemerintah sudah memberikan panduan kepada masyarakat bahwa merokok mengakibatkan kerugian pada kesehatan, sehingga mewajibkan pabrik-pabrik rokok memasang peringatan pada setiap bungkus rokok.
Ia menambahkan, di Indonesia saja, diperkirakan setiap hari sekitar Rp 500 miliar dibelanjakan untuk mengonsumsi rokok. Belum lagi biaya kesehatan yang harus ditanggung individu atau negara, untuk mengobati penyakit akibat merokok.
"Kalangan medis hanya bisa menganjurkan masyarakat untuk sehat agar tidak merokok. Karena selama ini memang tidak ada larangan merokok. Yang ada hanya peringatan bahwa merokok membahayakan kesehatan," katanya.
Selamat Hari Antimadat Sedunia!
Sumber: CNI Bisa
Jakarta, June 24
"Mendingan gak makan ketimbang gak merokok," begitulah ungkapan yang sering saya dengar dari perokok.
Terbukti, survei gizi dan kesehatan yang dilakukan oleh Helen Keller Internasional Indonesia bersama Badan Litbang Depkes RI menunjukkan adanya penurunan konsumsi makanan bergizi, seperti telur, susu, dan daging, oleh masyarakat. Sedangkan pengeluaran untuk tembakau (rokok) tidak menurun.
Padahal, pengeluaran untuk rokok bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga miskin, yang sampai saat ini masih disubsidi pemerintah.
Tanpa kita sadari, kelompok miskin paling dirugikan oleh penggunaan tembakau. Karena secara relatif, kontribusinya terhadap cukai lebih besar (9,1 persen dari pengeluaran bulanan) dibanding kelompok kaya (7,5 persen dari pengeluaran bulanan).
Juga pengeluaran untuk tembakau sedikit lebih tinggi daripada kelompok kaya, meski jumlah rata-rata rokok yang diisap lebih sedikit dan harga rokok yang dibeli lebih murah.
Menurut dokter spesialis penyakit jantung RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Agus Subagyo SpJB di Surabaya, Senin (31/5), Hari Tanpa Tembakau Sedunia kurang mendapat perhatian dari para perokok di kota itu. "Mulai dari perokok ringan sampai perokok berat, ternyata kurang menyadari dampak negatif berupa potensi menimbulkan penyakit jantung koroner, sehingga tidak terbatas
pada penyakit paru-paru saja," kata dr. Agus.
Agus bilang, pemerintah sudah memberikan panduan kepada masyarakat bahwa merokok mengakibatkan kerugian pada kesehatan, sehingga mewajibkan pabrik-pabrik rokok memasang peringatan pada setiap bungkus rokok.
Ia menambahkan, di Indonesia saja, diperkirakan setiap hari sekitar Rp 500 miliar dibelanjakan untuk mengonsumsi rokok. Belum lagi biaya kesehatan yang harus ditanggung individu atau negara, untuk mengobati penyakit akibat merokok.
"Kalangan medis hanya bisa menganjurkan masyarakat untuk sehat agar tidak merokok. Karena selama ini memang tidak ada larangan merokok. Yang ada hanya peringatan bahwa merokok membahayakan kesehatan," katanya.
Selamat Hari Antimadat Sedunia!
Sumber: CNI Bisa
Jakarta, June 24
0 Comments:
Post a Comment
<< Home