Succeed above Success
Belajar dari Filosofi Kucing Bersepatu Lars
Judul buku: Succeed above Success (berhasil di atas keberhasilan)
Pengarang: Joe Kamdani, Pendiri PT Datascrip
Penerbit: PT Primamedia Pustaka
Jumlah halaman: 236 + x
SEEKOR kucing bersepatu lars dengan busur panah di tangan berhasil meyakinkan raja bahwa majikannya --anak petani miskin-- adalah seorang bangsawan terpandang, hingga raja mengangkatnya jadi menantunya. Filosofi Puss in Boots (Kucing Bersepatu Lars) itulah yang dianut Joe Kamdani, pendiri PT Datascrip-Business Solutions dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya.
"Pada intinya, kucing itu nampang untuk menarik kepercayaan pihak lain. Tapi bukan dalam arti negatif, lho," kata Joe, saat peluncuran buku karyanya, Succeed Above Success di Hotel Mulia, Jakarta, awal pekan ini. Peluncuran buku yang dipandu pakar pemasaran Rhenald Kasali, PhD itu, menghadirkan bintang tamu Komisaris Femina Group Pia Alisjahbana dan pengamat politik Andi Mallarangeng.
Dalam buku setebal 236 halaman itu, ayahanda Presdir PT Datascrip Irwan Kamdani ini menulis, "Walaupun dilahirkan sebagai anak pengemis, apakah kita tetap jadi pengemis? ...Kita dapat memilih untuk tidak jadi pengemis..." (halaman 157).
Pada halaman sama, pria kelahiran Bogor, 15 Januari 1937 ini juga menulis, "Banyak entrepreneur yang berasal dari "the street fighter" (perusahaan kecil dan menengah) yang berhasil bukan berasal dari keluarga pedagang, tetapi karena pilihan, keberanian mengambil resiko dan penempaan diri dalam praktek."
Anak seorang pegawai tata usaha pemerintah masa Kemerdekaan yang hidup sederhana di daerah Kwitang, Senen, Jakarta ini menentukan nasibnya sendiri, dengan memilih menjadi pedagang. Sejak kecil, ia sudah biasa membantu ibunya berkeliling kampung menjajakan kue-kue. Pada zaman pendudukan Jepang, ia cukup kreatif mereparasi lampu-lampu pijar yang putus, untuk dijual kepada seorang Tauke di Jalan Kramat Raya.
Semasa sekolah, penyuka olahraga berbahaya itu begitu terkesan dengan cerita gurunya: "Kucing Bersepatu Lars". Hingga suatu hari, ia berhasil membeli patung Kucing Bersepatu Lars, saat mengunjungi pedesaan di Jerman, meski patung itu bukan untuk dijual.
Pria yang pernah mati suri dalam kecelakaan di laut itu mengaku, pembentukan karakter dan mimpinya dipengaruhi sebuah lirik lagu tahun 1950-an berjudul From Rags to Riches (dari gembel menjadi kaya) yang dipopulerkan penyanyi Tony Bennet. "I know I've gone from rags to riches/If you would only say you care/And though my pocket may be empty/I'll be a millionaire...". Meski kantong kosong, Joe mengaku selalu punya harapan.
Mendirikan Perusahaan
Setelah keyang bekerja pada orang lain, pada 1969, Joe mulai mendirikan usaha sendiri, PD Matahari, yang menjual alat tulis/peralatan kantor (stationery). Pada 1975 ia mendirikan PT Matahari Alka (alka singkatan dari "alat kantor").
Usaha itu ia perjuangkan dengan penuh keprihatinan. Mulai dari mencari order, membeli barang, mengepak dan mengirim barang, hingga menagih uang, semuanya dilakukannya sendiri. Tentu saja, segala tata usaha juga dilakukannya sendiri, meski hanya dalam catatan dalam sebuah buku kecil.
Namun Joe sudah punya feeling bahwa perusahaannya akan berkembang, bukan hanya menjual alat-alat tulis/kantor. Karena itu, ia mencari nama yang bisa menampung skala bisnis lebih luas. Melalui berbagai pertimbangan, pada 1979 ia menemukan nama yang gampang diingat beserta logonya: PT Datascrip (data dan scrip -tanpa huruf "t"). Sebuah nama yang cenderung diasosiasikan pada perusahaan data, informasi dan manajemen.
Hingga usianya yang ke-35, Datascrip-Business Solutions merupakan perusahaan pemasaran dan distribusi yang menjual berbagai sarana, mesin, peralatan kantor dan perangkat lunak yang diperlukan dalam manajemen bisnis dan operasional perkantoran, meliputi office products, business machines, office furniture, storage and filling systems, visual communications, survey and engineering, office automation, software & IT Solutions, serta stationery and office supplies.
Joe --yang ingin mendirikan Yayasan Swasta Mandiri Indonesia ini-- punya prinsip: pelayanan kepada pelanggan sangatlah penting, sebab pelangganlah yang menghidupkan perusahaan, membayar gajinya dan gaji para karyawannya. Ikatan batin dengan perusahaan melekat begitu kuat.
Belajar adalah Kehidupan
Sebagai sahabat, Rhenald Kasali memandang Joe sebagai pebisnis yang memandang bisnis bukan pergulatan untung rugi semata, melainkan kehidupan yang harus dijalani dengan penuh semangat dan sesekali menertawakan dirinya sendiri.
Ketua Program Pascasarjana Ilmu Manajemen FEUI ini menilai, bagi Joe, bisnis adalah suatu kesatuan hidup, yang dijalani sambil menikmati diving (menyelam), menenggak Coke dan Martini, atau meringis saat salah satu jarinya putus ditelan ikan saat melakukan diving.
Sedangkan sahabat Joe lainnya, Pia Aliasjahbana mengatakan, meski dilahirkan dari keluarga sederhana --bukan pengusaha-- dengan pendidikan hanya SMA, tanpa memiliki modal finansial, Joe mampu melahirkan, menyusui serta membesarkan perusahaannya dengan latar belakang The Street Fighter.
Pia menambahkan, Joe menjalankan perusahaannya dengan falsafah manajemen Berhasil di atas Keberhasilan (succeed above success), dengan tidak melupakan nilai-nilai moral dan etika dalam berbisnis. "You don't have to cheat to grow" (Anda tak perlu menipu untuk tumbuh dan berkembang). Itulah prinsip bisnis Joe.
Sementara itu, Andi Mallarangeng menilai, Joe sudah memperlihatkan bahwa orang Indonesia pun bisa memiliki mimpi sebagaimana orang Amerika yang begitu bangga dengan The American Dream-nya. Prinsip succeed above success yang dianut Joe, dinilainya masih langka di negeri kita, yang seringkali memperlihatkan keberhasilan diraih dengan mengorbankan orang lain. "Saya berharap, prinsip ini juga bisa menjadi inspirasi dalam pengelolaan negara," kata Andi.
Tian Arief
[Ekonomi, Gatra.com, terbit 12 Agustus 2004]
Judul buku: Succeed above Success (berhasil di atas keberhasilan)
Pengarang: Joe Kamdani, Pendiri PT Datascrip
Penerbit: PT Primamedia Pustaka
Jumlah halaman: 236 + x
SEEKOR kucing bersepatu lars dengan busur panah di tangan berhasil meyakinkan raja bahwa majikannya --anak petani miskin-- adalah seorang bangsawan terpandang, hingga raja mengangkatnya jadi menantunya. Filosofi Puss in Boots (Kucing Bersepatu Lars) itulah yang dianut Joe Kamdani, pendiri PT Datascrip-Business Solutions dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya.
"Pada intinya, kucing itu nampang untuk menarik kepercayaan pihak lain. Tapi bukan dalam arti negatif, lho," kata Joe, saat peluncuran buku karyanya, Succeed Above Success di Hotel Mulia, Jakarta, awal pekan ini. Peluncuran buku yang dipandu pakar pemasaran Rhenald Kasali, PhD itu, menghadirkan bintang tamu Komisaris Femina Group Pia Alisjahbana dan pengamat politik Andi Mallarangeng.
Dalam buku setebal 236 halaman itu, ayahanda Presdir PT Datascrip Irwan Kamdani ini menulis, "Walaupun dilahirkan sebagai anak pengemis, apakah kita tetap jadi pengemis? ...Kita dapat memilih untuk tidak jadi pengemis..." (halaman 157).
Pada halaman sama, pria kelahiran Bogor, 15 Januari 1937 ini juga menulis, "Banyak entrepreneur yang berasal dari "the street fighter" (perusahaan kecil dan menengah) yang berhasil bukan berasal dari keluarga pedagang, tetapi karena pilihan, keberanian mengambil resiko dan penempaan diri dalam praktek."
Anak seorang pegawai tata usaha pemerintah masa Kemerdekaan yang hidup sederhana di daerah Kwitang, Senen, Jakarta ini menentukan nasibnya sendiri, dengan memilih menjadi pedagang. Sejak kecil, ia sudah biasa membantu ibunya berkeliling kampung menjajakan kue-kue. Pada zaman pendudukan Jepang, ia cukup kreatif mereparasi lampu-lampu pijar yang putus, untuk dijual kepada seorang Tauke di Jalan Kramat Raya.
Semasa sekolah, penyuka olahraga berbahaya itu begitu terkesan dengan cerita gurunya: "Kucing Bersepatu Lars". Hingga suatu hari, ia berhasil membeli patung Kucing Bersepatu Lars, saat mengunjungi pedesaan di Jerman, meski patung itu bukan untuk dijual.
Pria yang pernah mati suri dalam kecelakaan di laut itu mengaku, pembentukan karakter dan mimpinya dipengaruhi sebuah lirik lagu tahun 1950-an berjudul From Rags to Riches (dari gembel menjadi kaya) yang dipopulerkan penyanyi Tony Bennet. "I know I've gone from rags to riches/If you would only say you care/And though my pocket may be empty/I'll be a millionaire...". Meski kantong kosong, Joe mengaku selalu punya harapan.
Mendirikan Perusahaan
Setelah keyang bekerja pada orang lain, pada 1969, Joe mulai mendirikan usaha sendiri, PD Matahari, yang menjual alat tulis/peralatan kantor (stationery). Pada 1975 ia mendirikan PT Matahari Alka (alka singkatan dari "alat kantor").
Usaha itu ia perjuangkan dengan penuh keprihatinan. Mulai dari mencari order, membeli barang, mengepak dan mengirim barang, hingga menagih uang, semuanya dilakukannya sendiri. Tentu saja, segala tata usaha juga dilakukannya sendiri, meski hanya dalam catatan dalam sebuah buku kecil.
Namun Joe sudah punya feeling bahwa perusahaannya akan berkembang, bukan hanya menjual alat-alat tulis/kantor. Karena itu, ia mencari nama yang bisa menampung skala bisnis lebih luas. Melalui berbagai pertimbangan, pada 1979 ia menemukan nama yang gampang diingat beserta logonya: PT Datascrip (data dan scrip -tanpa huruf "t"). Sebuah nama yang cenderung diasosiasikan pada perusahaan data, informasi dan manajemen.
Hingga usianya yang ke-35, Datascrip-Business Solutions merupakan perusahaan pemasaran dan distribusi yang menjual berbagai sarana, mesin, peralatan kantor dan perangkat lunak yang diperlukan dalam manajemen bisnis dan operasional perkantoran, meliputi office products, business machines, office furniture, storage and filling systems, visual communications, survey and engineering, office automation, software & IT Solutions, serta stationery and office supplies.
Joe --yang ingin mendirikan Yayasan Swasta Mandiri Indonesia ini-- punya prinsip: pelayanan kepada pelanggan sangatlah penting, sebab pelangganlah yang menghidupkan perusahaan, membayar gajinya dan gaji para karyawannya. Ikatan batin dengan perusahaan melekat begitu kuat.
Belajar adalah Kehidupan
Sebagai sahabat, Rhenald Kasali memandang Joe sebagai pebisnis yang memandang bisnis bukan pergulatan untung rugi semata, melainkan kehidupan yang harus dijalani dengan penuh semangat dan sesekali menertawakan dirinya sendiri.
Ketua Program Pascasarjana Ilmu Manajemen FEUI ini menilai, bagi Joe, bisnis adalah suatu kesatuan hidup, yang dijalani sambil menikmati diving (menyelam), menenggak Coke dan Martini, atau meringis saat salah satu jarinya putus ditelan ikan saat melakukan diving.
Sedangkan sahabat Joe lainnya, Pia Aliasjahbana mengatakan, meski dilahirkan dari keluarga sederhana --bukan pengusaha-- dengan pendidikan hanya SMA, tanpa memiliki modal finansial, Joe mampu melahirkan, menyusui serta membesarkan perusahaannya dengan latar belakang The Street Fighter.
Pia menambahkan, Joe menjalankan perusahaannya dengan falsafah manajemen Berhasil di atas Keberhasilan (succeed above success), dengan tidak melupakan nilai-nilai moral dan etika dalam berbisnis. "You don't have to cheat to grow" (Anda tak perlu menipu untuk tumbuh dan berkembang). Itulah prinsip bisnis Joe.
Sementara itu, Andi Mallarangeng menilai, Joe sudah memperlihatkan bahwa orang Indonesia pun bisa memiliki mimpi sebagaimana orang Amerika yang begitu bangga dengan The American Dream-nya. Prinsip succeed above success yang dianut Joe, dinilainya masih langka di negeri kita, yang seringkali memperlihatkan keberhasilan diraih dengan mengorbankan orang lain. "Saya berharap, prinsip ini juga bisa menjadi inspirasi dalam pengelolaan negara," kata Andi.
Tian Arief
[Ekonomi, Gatra.com, terbit 12 Agustus 2004]
0 Comments:
Post a Comment
<< Home