Thursday, December 15, 2005

Nasi Aking

Nasi aking adalah istilah untuk nasi yang dikeringkan. Biasanya nasi ini berasal dari nasi sisa, dan digunakan untuk makanan ternak unggas, seperti ayam, bebek, dll. Tapi, di zaman serba-susah ini, orang bisa menempuh segala cara. Makan makanan ternak pun jadi. Seperti terjadi di sebuah desa di Indramayu, Jawa Barat.

Seorang buruh tani yang penghasilannya tak sampai Rp 5.000 per hari, sebagaimana dilaporkan Trans TV, terpaksa makan nasi aking ini sebagai makanan pokok keluarganya. Ini dilakukannya karena harga beras yang tidak terjangkau lagi, yang mencapai Rp 3.500 per kg. Sedangkan nasi aking ini bisa dibelinya seharga Rp 1.000 per kg.

Namun nasi aking yang rasanya tentu saja tak seenak nasi yang langsung ditanak dari beras, bukan saja kandungan kalorinya rendah, melainkan juga mudah terserang jamur. Warga yang mengonsumsi nasi aking ini terpaksa sering-sering menjemurnya di bawah terik matahari. Yang jadi masalah, di musim hujan ini, nasi aking sulit kering jika dijemur. Kalau jamurnya sudah banyak, terpaksa nasi ini dibuang --ketimbang keracunan nanti.

Sungguh ironis kalau hal ini terjadi di Indramayu, daerah yang tergolong "lumbung beras"-nya Jawa Barat (selain Karawang dan Cianjur). Namun bukan beras yang sulit didapat di pasar, melainkan daya beli kaum dhuafa (orang tak mampu) yang semakin melemah. Sementara harga-harga barang tak kenal kompromi: terus naik.

Laris
Sementara itu, di kios makanan ternak di Pasar Indramayu, pamor nasi aking ini mendadak naik. Biasanya, pedagang menjual antara 10 sampai 20 kg per hari, kini penjualan mencapai 100 kg (1 kuintal) per hari!

Sesuai hukum ekonomi, banyaknya permintaan memicu naiknya harga. Kalau sebelumnya harga nasi aking ini Rp 800 per kg, kini bisa mencapai Rp 1.300 per kg.

Menurut para pedagang, bahan nasi aking ini didapat dari restoran-restoran di sepanjang Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat.

Ya, beginilah. Di tengah gaya hidup hedonis sebagian masyarakat kota (dan juga desa), masih ada (banyak?), anak bangsa yang berjuang hidup, sekadar untuk memenuhi kebutuhan primernya.

2 Comments:

Blogger L. Pralangga said...

Memang ini adalah tantangan kita untuk bisa ikut bantu dalam pengentasan kemiskinan - yang begini ini (ketimpangan sosial) bisa mengarah pada kecemburan dan akhirnya anarki..

Satu hal, yang mungkin bisa dimulai adalah menghindari hidup bermewah2 dan saling memberdayakan,apalagi kepada wong cilik.. agar meraka bisa kapabel.

8:04 PM  
Blogger Tian Arief said...

menghindari hidup bermewah2 dan saling memberdayakan --> setuju mas. *tinggal, orang-orang kaya, gimana nih, setuju juga? ;)

6:40 PM  

Post a Comment

<< Home